Cornelis: Berbeda Mengurus Jawa dan Kalimantan
Cornelis: Kalimantan dan Jawa emang beda! |
Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat pada periode 2008-2018, mengungkapkan perbedaan antara mengurus Kalimantan dan Jawa.
Menurutnya, "Jawa memiliki infrastruktur yang telah berkembang sejak zaman kerajaan Majapahit, diteruskan oleh VOC, dan diintensifkan selama Orde Baru, serta selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah pada setiap pergantian rezim."
Baca Dinasti Politik Ala Jokowi
Namun, Kalimantan berbeda. Masyarakat menghadapi tantangan tersendiri akibat faktor geografi, demografi, dan luas wilayahnya.
Selain itu, alokasi dana pembangunan nasional yang cenderung lebih menguntungkan wilayah Jawa menyebabkan Kalimantan harus berjuang keras untuk mengakselerasi pembangunan di berbagai sektor.
Hal ini juga terkait dengan luas wilayah Kalimantan Barat yang setara dengan 1,35 kali luas gabungan Pulau Jawa, Madura, dan Bali.
Luas Kalimantan Barat adalah 147.307 km². Sedangkan luas Jawa 128. 297 km². Luas pulau Madura 5,379 km² dan luas Bali 5.780 km².
Kepadatan penduduk yang tinggi terkonsentrasi di Jawa membuat alokasi dana pembangunan cenderung mengabaikan wilayah di luar Jawa.
Selama masa jabatannya sebagai Gubernur, Cornelis juga menginisiasi penggunaan nama-nama tokoh lokal untuk fasilitas umum seperti jembatan, bandar udara, dan jalan-jalan di Kalimantan Barat.
Cornelis menyatakan bahwa salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memekarkan Kalimantan Barat menjadi tiga provinsi dan 36 Daerah Otonom Kabupaten/Kota.
Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Dengan cara ini, pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat memperpendek rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi daerah yang lebih akseleratif.
Selama masa jabatannya sebagai Gubernur, Cornelis juga menginisiasi penggunaan nama-nama tokoh lokal untuk fasilitas umum seperti jembatan, bandar udara, dan jalan-jalan di Kalimantan Barat.
Tindakan ini diharapkan dapat memperkuat identitas budaya lokal dan memberikan pengakuan kepada tokoh-tokoh setempat.
Presiden Majelis Adat Dayak Nasional pada masa 2015-2021 menyampaikan pesan bahwa para pemimpin di daerah, termasuk Kalimantan, sebaiknya tidak melawan pemerintah pusat (Presiden, DPR/MPR, dan lembaga negara lain), melainkan menjalin hubungan kerjasama. Karena pemerintah pusat memiliki peran penting dalam menentukan alokasi anggaran pembangunan.
Cornelis dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani dan tegas, dengan moto "Kade' barani, ame' gali'-gali'; kade' gali', ame' barani-barani." Artinya, jika berani, jangan ragu-ragu; jika ragu-ragu, jangan berani-berani!
Semua perjuangan dan upaya yang telah dilakukan oleh Cornelis selama masa jabatannya meninggalkan banyak warisan dan prestasi yang diakui di Kalimantan Barat. Ia berusaha untuk mengatasi tantangan wilayah tersebut dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.
Baca Usia Muda Bukan Hambatan Untuk Jadi Raja: Praktik-Baik Hayam Wuruk
Pepatah dalam bahasa ibunya, Kanayatn, menggambarkan semangat dan keberanian yang ditanamkan oleh Cornelis dalam kepemimpinannya.