Lintas, Pastor Dayak yang Dikenal Banyak Lintas Ketapang
Zacharias Lintas. Foto: Tribunnews.com |
Di tanah Kayong, namanya
dikenal banyak orang. Aktif di berbagai organisasi sosial keagamaan, Zacharias Lintas menjadi obor penerang
ketika gulita.
Dilahirkan pada 3 Januari
1949 di Simpang Dua, Ketapang, Kalimantan Barat. Menyelesaikan SD Negeri
Simpang Dua, dan dilanjutkan di SD Usaba Banjur Karab, tamat pada 1961. Masuk
SMP Usaba 1 Ketapang (SMP PL St. Albertus), tahun 1961-1964.
Lintas yang mengagumi para
padri dari Kongregasi Passionis (CP) misionaris dari Belanda ini tergelitik
jiwanya untuk mengabdikan diri bagi banyak orang. Maka selepas SMP, ia
memutuskan masuk SMA Seminari Mertoyudan, Magelang pada 1964-1967. Dilanjutkan
Seminari Tinggi di Kentungan Jogyakarta (1970-1972)menggumuli Filsafat dan
Teologi serta menjalani masa pastoral (KKN) yang dituntaskannya pada pada 1976.
Ia pernah pula studi khusus
di Roma, Italia. Setelah menyelesaikan semua pendidikan calon imam, dan dinilai
memenuhi syarat, Lintas ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup Ketapang ketika
itu, Mgr. Gabriel W. Sillekens CP pada 10 April 1978.
Lintas tercatat sebagai imam
diosesan pertama asli Dayak untuk Keuskupan Ketapang.Selama bertugas sebagai
pastor,Lintas banyak membantu anak-anak pedalaman Ketapang baik secara moral
maupun material. Terutama anak-anak cerdas, namun kurang mampu. Anak-anak
asuhnya ini banyak yang dikirim belajar ke Jawa, dicarinya beasiswa. Setelah
selesai, kembali ke Ketapang dan menjadi tokoh yang menggerakkan hampir semua
sektor, utamanya pendidikan.
Ia seperti umbi yang tumbuh
dalam diam. Para sarjana dari desa tak terbilang “jadi” di tangannya. Oleh
sebab itu, di kalangan orang Dayak di Ketapang, Lintas dikenal sebagai pastor
yang baik hati, suka menolong. Ia juga melintas profesi, kaum dan golongan;
membantu siapa saja yang memerlukan.
Pada perayaan pancawindu (40 tahuh)imamatnya 24 April 2018, Bupati Landak, Karolin Margaret Natasha memberi testimoni.
"Hari ini saya menghadiri undangan perayaan Imamat Pastor
Lintas ke-40, di mana Pastor Lintas ini merupakan tokoh agama yang sangat
disegani umat Katolik Simpang Hulu, bahkan Ketapang, sehingga perayaan
Imamatnya dirayakan oleh ribuan umat Katolik yang ada di Simpang Hulu dan
sekitarnya," ujar Karolin seperti diwartakan koran lokal, Tribun Pontianak
(25 April 2018).
Lintas di awal-awal masa
pengembalaannya, bekerja keras lagi tulus. Ia tourne dari kampung ke kampung,
menempuh medan berat di mana tahun 1970-an Ketapang masihlah wilayah
tertinggal.Infrastruktur dan berbagai fasilitas umum lainnya masih minim,
maklum pembangunan baru menyentuh Kalimantan Barat. Jika tidak melalui
transportasi air, maka untuk menjangkau umat di pedalaman, harus berjalan kaki.
Selama melayani umat,
berbagai tugas dan jabatan disandangnya. Lintas pernah menjadi Vikjen Keuskupan
Ketapang. Lalu pastor paroki Katedral Ketapang. Ia juga pernah berkarya di
paroki Tanjung, Tumbang Titi, St. Gemma Galgani Ketapang, St. Yosef Serengkah
dan St. Agutinus Ketapang.
Lintas juga pernah Ketua Yayasan
Usaba dan Ketua Komisi Iman Dewan Adat Dayak Kabupaten Ketapang. Bagaimana
perpaduan antara agama dan budaya, dapat dilihat dari inkulturasi, baik dalam
liturgi maupun arsitek gedung gereja di Keuskupan Ketapang. Gereja yang berakar
budaya, di mana realis praesentia Dei
(kehadiran Tuhan di sini dan di tempat ini), sungguh nyata dirasakan. Gereja
Katedral Ketapang, di mana Lintas pernah bertugas, salah satu contohnya.*)