Tumbang Anoi dan Suasana Pertemuan 22 Mei- Juli 1894
Penampakan rumah betang Tumbang Anoi 1894. Suatu lokus bersejarah bagi suku bangsa Dayak yang kini berada di wilayah Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Tempat diselenggarakannya Pertemuan Akbar orang Dayak se-Borneo untuk menghentikan
praktik pengagayuan.
Baca 101 Tokoh Dayak Untuk Patih Jaga Pati
Di baliknya, ternyata ada taktik kompeni Belanda untuk
menguasai puak Dayak yang saling berseteru, yang dalam istilah akademik
disebut: salt starvation --politik menyatukan suku yang saling kayau untuk
kemudian dikuasai. Jadi, di Borneo, bukan divide et impera.
Taktik Hindia Belanda menguasai Dayak bukan divide et impera, sebab Dayak saling kayau dan punya wilayah sendiri-sendiri, semacam kerajaan kecil. Namun, taktik itu adalah: salt starvation. Alih alih menguasai Dayak, setelah disatukan dalam Pertemuan Tumbang Anoi tahun 1894. Malah Dayak bersatu padu melawan Hindia Belanda.
Pada 1894, pemerintah kolonial Belanda menginisiasi sebuah pertemuan besar
di kalangan etnis Dayak di Kalimantan untuk menghapus praktik perbudakan,
perang, dan ngayau. Pertemuan itu melahirkan kesepakatan yang dikenal dengan
“Perjanjian Tumbang Anoi”. Pertemuan hari pertama 22 Mei 1894 dan
berlangsung selama lebih dari 2 bulan.
Meski diselenggarakan kompeni Hindia Belanda dengan tujuan menguasai, toh
Pertemuan ada sisi baiknya juga. Inilah catatan sejarah suku bangsa Dayak untuk menghentikan H-3 (hakayau, habunu,
hatetek) + H jipen (perbudakan) di kalangan sesama suku bangsa Dayak.
Jadi, tidak benar bahwa taktik Hindia Belanda menguasai Nusantara dengan divide et impera (pecah belah lalu perintah/ kuasai). Ini berlaku di Tanah Jawa yang rakyatnya relatif homogen dan taat pada raja.
Di ranah Dayak (Borneo atau Varuna-dvipa di era pengaruh Hindu-India) di mana warganya saling kayau, bersaing, raja klan; maka taktiknya berbeda: salt starvation (haus garam/ darah). Maka sebaliknya taktik yang dipakai: satukan, kemudian kuasai.
Baca Patih Jaga Pati| Simbol Kerajaan Ulu Aik Dan Dayak Ada Padanya
Namun Hindia Belanda keliru kalkulasi. Alih alih menguasai Dayak, setelah disatukan dalam Pertemuan Tumbang Anoi tahun 1894. Malah Dayak bersatu padu melawan Hindia Belanda.
Itulah sejarah. Jadi Hindia Belanda mencatat bahwa pertemuan Tumbang Anoi yang diinisiasi dan dibiayainya ini sebagai wan-prestasi. Unintended consequences - istilah dalam sosiologi. *)