Kekuatan Belarasa dan Adat-budaya Dayak
Orang Lundayeh dalam pakaian adat Dayak dan bukti arkeologi sejarah Dayak. |
Masyarakat Dayak, sukubangsa pewaris sekaligus pemangku Pulau Borneo, terdiri dari 7 stammenras dan 405 subsuku. Populasinya sedunia pada ketika ini diperkirakan mencapai 8 juta jiwa.
Sebagai pemilik dan pewaris sah Pulau Borneo, pulau terluas ke-3 di dunia dengan luas 743.330 km², Dayak sering dihadapkan pada upaya manipulasi populasi dan pengerukan sumber daya alamnya oleh berbagai pihak.
Meskipun adu domba dan politik pecah belah berperan, Dayak tetap mempertahankan solidaritas yang luar biasa. Pertanyaannya adalah, Mengapa? Jawabannya dapat ditemukan dalam perspektif sejarah dan adat budaya mereka.
Ketangguhan Solidaritas Dayak
Dayak memiliki catatan sejarah yang kaya dalam melawan penjajahan dan upaya pengambilalihan. Pengalaman masa lalu ini menguatkan semangat perlawanan dan persatuan mereka dalam menghadapi ancaman serupa. Perlawanan terhadap kekuatan kompeni Hindia Belanda, seperti Apang Semangai, Tumbang Anoi 1894, hingga perlawanan okupasi Jepang dalam Perang Majadng Desa membuktikan ketangguhan solidaritas itu. Di zaman kemerdekaan, ketangguhan itu masih terbukti dalam berbagai peristiwa yang melibatkan Dayak serta kejadian yang menyangkut harkat, kemuliaan, serta harga diri Dayak. Mereka pasti bersekutu dan berbela rasa manakala ada saudaranya yang dizolimi dan menjadi korban kejadian yang melawan dan melanggar nilai-niliai kemanusiaan.
Warisan Budaya Kolektif: Budaya Dayak mengajarkan nilai-nilai persaudaraan, solidaritas, dan gotong royong. Warisan ini membentuk pondasi kuat bagi kerja sama dan dukungan bersama dalam menghadapi tantangan.
Sistem Suku dan Klan: Sistem suku dan klan di kalangan Dayak membentuk ikatan kekeluargaan yang erat. Ini memungkinkan mereka untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai kolektif mereka dalam menghadapi tekanan dari luar.
Adat Istiadat Ritual: Ritual-ritual adat Dayak tidak hanya memperkuat ikatan antarindividu, tetapi juga menghubungkan mereka dengan roh nenek moyang dan alam. Ini menciptakan rasa kebersamaan yang mendalam dan kekuatan spiritual.
Kesadaran Akan Ancaman: Seiring dengan perkembangan zaman, Dayak semakin menyadari upaya-upaya pengambilalihan yang mengancam keberlangsungan budaya dan sumber daya mereka. Kesadaran akan ancaman ini menjadi pendorong untuk menjaga persatuan.
Komitmen Terhadap Identitas: Dayak memiliki komitmen kuat terhadap identitas budaya dan keberlanjutan warisan nenek moyang mereka. Ini mendorong mereka untuk tetap bersatu dan melawan segala bentuk tekanan.
Pengalaman Bersama: Mengalami tantangan bersama, seperti dampak bencana alam atau ancaman dari luar, memperkuat ikatan komunitas Dayak. Pengalaman ini membantu mereka memahami pentingnya kerjasama dan solidaritas.
Dalam menghadapi ancaman adu domba dan politik pecah belah, Dayak terus memperlihatkan kekuatan solidaritas yang mengagumkan. Perspektif sejarah perlawanan, nilai-nilai budaya, sistem suku, adat istiadat ritual, kesadaran akan ancaman, komitmen terhadap identitas, dan pengalaman bersama merupakan elemen-elemen penting yang membentuk ketangguhan mereka.
Solidaritas Dayak menjadi pondasi kokoh yang memungkinkan mereka untuk menjaga identitas budaya dan keberlanjutan komunitas, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan yang datang dari luar.*)