Leaders Eat Last : Pemimpin Sejati Makan Belakangan setelah Anak Buah Kenyang
PATIH JAGA PATI : Dunia hampir senaniasa kekurangan pemimpin yang punya visi dan mempraktikkan gaya "membasuh kaki".
Bukan pertama-tama dalam makna harfiah "membasuh kaki", dan melayani dari seorang pemimpin. Namun, termasuk memotivasi, memberi jalan, mengarahkan, memberdayakan, serta bertindak sebagai gembala yang menjaga kawanannya dari ancaman dan memberi rasa aman.
Pemimpin sejati bukan hanya menunjukkan jalan, tetapi juga membawa perubahan serta memandu pengikut menuju kehidupan yang lebih baik. Pemimpin yang memahami dengan jelas arah yang akan diambil oleh para pengikutnya.
Tentunya, seseorang harus merasa puas dan kenyang terlebih dahulu sebelum dapat memimpin dengan bijak. Ini berarti memimpin sesuai dengan hakikatnya.
Menurut pandangan kuno, pemimpin diartikan sebagai 'dux (ducis)' yang memiliki berbagai makna, termasuk pemimpin, penganjur, pelatih, penuntun, pembimbing, penunjuk jalan, komandan, panglima, hulu balang, dan perwira (Kamus Latin-Indonesia, 1969: 270).
Buku ini sungguh luar biasa. Mengapa? Hal itu karena membalikkan fakta yang selama ini dianggap sebagai lumrah. Dan, karena itu, aksioma. Padahal, sejatinya menurut Simon Sinek, sang penulis, semestinya : Leaders eat least.
Bukan semata dalam makna harfiah. Pemimpin makan belakangan, dapat dimaknai: telah selesai dengan diri sendiri. Tidak mengedepankan diri probidi, bukan gila hormat, semata-mata demi kepentingan pengikut yang dipimpinnya.
Pemimpin sejati juga menunjukkan jalan dari: baik, lebih baik, dan semakin baik. Dalam frasa Latin, pemimpin itu: duc in altum. Membimbing pengembangan kapasitas pribadi anak-buah, agar talentanya berkembang, dan menghasilkan buah berlimpah berlipat ganda.
Baca Patih Jaga Pati: Balai Kepatihan Legasi Untuk Suku Bangsa Dayak
Istilah Duc in altum dan Leaders Eat Last adalah dua frase yang jika digabungkan dapat menciptakan pemimpin yang luar biasa.
Dalam konteks kepemimpinan Barat, "Duc in altum" yang berarti pergi ke tempat yang lebih dalam, adalah frase yang sangat populer dan memiliki makna yang sangat mendalam. Literatur banyak menggarisbawahi bahwa seorang pemimpin harus mampu menunjukkan arah yang benar kepada anggota timnya yang mungkin merasa telah bekerja keras namun belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Duc in altum adalah berpikir besar untuk mendapatkan hasil besar. Meskipun ada masalah dan tantangan sepanjang jalan mengarungi tujuan organisasi, sang pemimpin sejati melihatnya sebagai peluang. Sedangkan Leaders Eat Last berarti sang pemimpin "selesai dengan diri sendiri". Ia telah kenyang. Jadi, yang diutamakan: anak buah.
Seorang pemimpin tidak harus melaksanakan semua tugas sendirian, tetapi mereka harus mampu memberikan arahan yang akurat. Terkadang, anggota tim mungkin tidak dapat melihat arah yang tepat karena berbagai kendala seperti keterbatasan pengetahuan atau kemampuan. Inilah yang disebut sebagai visi. Seorang pemimpin harus punya visi dan mampu memperlihatkan bahwa ada peluang di depan.
Maka, pemimpin harus mengembangkan jaringan untuk menangkap semua peluang yang mungkin ada, bahkan menciptakan dan merencanakan peluang tersebut.
Pemimpin sejati adalah mereka yang ada ketika dibutuhkan, tetapi mereka tidak selalu harus hadir jika setiap anggota tim memahami dan menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik. Mereka adalah bagian dari keseluruhan organisasi, meskipun peran mereka sangat penting.
Dalam dunia bisnis atau organisasi apa pun, seorang pemimpin mungkin terlalu nyaman di zona aman mereka dan tidak menghadapi tantangan yang nyata. Namun, pemimpin sejati adalah mereka yang mampu menghadapi dan mengatasi masalah dalam kehidupan nyata. Mereka mungkin mengalami kesulitan, tetapi pada akhirnya, mereka berhasil mengatasi semua rintangan.
Untuk sebagian orang, istilah 'Duc in altum' mungkin sudah tidak asing lagi. Dalam bahasa Inggris, frase ini dikenal sebagai 'put out into deep water'. Dalam konteks Indonesia, artinya adalah 'pergilah ke laut yang lebih dalam'.
Baca Balai Kepatihan: Patih Jaga Pati Dedikasikan Untuk Dayak
Konsep ini mungkin muncul dari pengalaman nelayan yang menyadari bahwa jika mereka hanya mencari ikan di tepi pantai, mereka hanya akan menemukan ikan teri yang kecil dan berduri. Meskipun jumlahnya banyak, ikan teri tidak memberikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan ikan besar seperti ikan kakap.
Ikan besar seperti ikan kakap hidup di laut yang lebih dalam, dan inilah yang membuat mereka berbeda. Oleh karena itu, kita sering menggunakan istilah 'kelas kakap' untuk merujuk pada sesuatu yang besar, sementara 'kelas teri' merujuk pada sesuatu yang kecil.
Dalam konteks 'teri-kakap' ini, konsep Duc in altum muncul. Bertindak dengan cara yang aman dan nyaman mungkin memiliki risiko yang lebih kecil, tetapi hasilnya juga lebih kecil, seperti menangkap ikan teri yang kecil.
Tantangan lebih besar terletak dalam pergi ke laut yang lebih dalam, di mana risikonya lebih besar. Tetapi itulah tempat di mana ikan besar seperti ikan kakap berada.
Baca Balai Kepatihan: Simbol Kedaulatan Dayak
Keberhasilan dalam situasi ini tergantung pada beberapa faktor kunci.
- Seseorang harus memiliki keterampilan berlayar dan mengendalikan perahu, karena kesalahan kecil di laut lepas dapat berakibat fatal.
- Sang penjala ikan harus terampil dalam melemparkan jala dengan presisi ke arah yang tepat di dalam air yang dalam dan saat perahu bergerak. Dan ketiga, kerja sama dan pembagian tugas yang jelas antara anggota tim sangat penting untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Inti dari Duc in altum adalah berpikir besar untuk mendapatkan hasil besar. Meskipun ada masalah dan tantangan sepanjang jalan mengarungi tujuan organisasi, sang pemimpin sejati melihatnya sebagai peluang.
Ciri-ciri seorang pemimpin dapat bervariasi tergantung pada referensi dan sudut pandangnya. Salah satu buku yang menarik adalah Leaders Eat Last yang menggarisbawahi pentingnya pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan timnya.
Kombinasi Duc in altum dan Leaders Eat Last dapat menciptakan pemimpin yang luar biasa. (Rangkaya Bada)