Patih Jaga Pati: Balai Kepatihan Legasi untuk Suku Bangsa Dayak
Alexander Wilyo tegak sekaligus tegar berdiri pada dasar pijakan tangga naik Balai Kepatihan. |
PATIH JAGA PATI : "Bangunan Balai Kepatihan yang terletak di dalam, tidak terlalu pinggir kota Ketapang, Kalimantan Barat didedikasikan untuk Suku Bangsa Dayak," papar Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo pada Sabtu 23/09-2023.
Salah satu Sekda termuda di Indonesia ini mengungkapkan bahwa pembangunan Balai Kepatihan ini telah dibantu secara sukarela oleh orang-orang yang peduli dan memiliki semangat "pembebasan".
Saat ini, pembangunan Balai Kepatihan memasuki tahap akhir, yaitu tahap finishing, dengan sekitar 90 persen proyek telah selesai.
Proses pembangunan Balai Kepatihan juga melibatkan partisipasi banyak orang, termasuk keluarga, teman-teman, serta orang yang simpati dan empati terhadap visi Patih Jaga Pati. Semangat gotong royong dan asas belarasa yang kuat tetap hidup dan relevan dalam konteks zaman saat ini.
"Nanti pada peresmiannya, akan diadakan Launching Museum atau Pustaka Kepatihan," ungkap Patih Jaga Pati.
Pegiat Literasi Nasional dan pengarang yang namanya masuk dalam senarai Sastrawan Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, Masri Sareb Putra, yang memiliki koneksi dengan penerbit dan toko buku di Indonesia, berjanji akan menyumbangkan 1.000 buku sebagai koleksi awal untuk Pustaka Kepatihan ini.
Baca Patih Jaga Pati| Simbol Kerajaan Ulu Aik Dan Dayak Ada Padanya
Berita tentang kontribusi ini disambut hangat oleh Alexander Wilyo, baik sebagai pribadi maupun sebagai Patih Jaga Pati. "Kita akan adakan penyerahan secara simbolik," ujarnya dengan penuh kegembiraan.
"Ini adalah bukti nyata adaptasi dan adopsi semangat 'ngayau', invictus, yang tak terkalahkan dalam era industri 5.0. Saya yakin kita pasti bisa. Kita punya daya-kemampuan untuk maju dan beradaptasi di segala zaman," imbuh Alexander Wilyo.
Alexander Wilyo pun mengungkapkan bahwa ia sangat tidak sabar untuk datangnya Hari Peresmian Balai Kepatihan, yang akan menjadi momen bersejarah untuk Suku Bangsa Dayak dan wilayah Ketapang, Kalimantan Barat.
Menghidupkan dan Menghidupi Dayak
Patih Jaga Pati tidak bekerja sendirian. Dalam menjalankan tugasnya, ia bekerja sama dengan para domong di wilayah Desa Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik. Kolaborasi ini terlihat dalam berbagai acara adat seperti Nyapat Tahun, Tantobus, Bepalas Benua/Laman, dan penyelesaian konflik-konflik masyarakat adat serta kegiatan lainnya.
Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara, peran penting dimainkan oleh Patih Jaga Pati dalam mempertahankan dan memperluas wilayah. Maharaja dan kerajaan besar sangat bergantung pada peran besar yang dimainkan oleh Patih Jaga Pati.
Peran Mahapatih besar ini terletak pada kemampuannya dalam membesarkan rakyat, bukan hanya fokus pada kedudukan raja. Prioritasnya adalah memberikan takhta dan kekuasaan kepada rakyat, yang dikenal sebagai "3 daulat," yaitu politik, ekonomi, dan budaya.
Baca Gelegar Sumpah Patih Wilyo
Sumpah Setia Patih Jaga Pati telah menggelegar. Dicatat oleh langit dan bumi yang menyatakan komitmennya untuk menjaga daulat dalam aspek-aspek tersebut.
Untuk mengeja-wantahkan amanah Raja Hulu Aik ke-51 (Singa Bansa) Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo , S. STP, M. Si. pun mempatenkan tag-line-nya: SALAM BERDAULAT.
Kekuatan utama Patih Jaga Pati terletak pada cara unik dan efektifnya dalam berkomunikasi. Kemampuannya ini memungkinkannya untuk dengan mudah menginspirasi orang lain dan membuat mereka terlibat dalam gagasan besar dan positif yang telah ia wujudkan.
Salah satu contohnya adalah Balai Kepatihan. Bangunan ini bukan hanya fisiknya saja. Lebih dari itu, merupakan hasil pekerjaan cipta-karsa sekaligus cerminan adat budaya. Yang telah direncanakan dan dipersiapkan selama belasan tahun.
Baca juga artikel terkait Balai Kepatihan: Simbol Kedaulatan Dayak
Tidak hanya itu. Proses pembangunan Balai Kepatihan juga melibatkan partisipasi banyak orang, termasuk keluarga, teman-teman, serta orang yang berbagi simpati dan empati terhadap visi Patih Jaga Pati. Semangat gotong royong dan asas belarasa yang kuat tetap hidup dan relevan dalam konteks zaman saat ini.
Dengan dedikasinya, Patih Jaga Pati mampu menjaga dan meneruskan warisan serta eksistensi Suku Bangsa Dayak dari masa lalu hingga masa kini, dan berkontribusi pada masa depan yang lebih baik.(Rangkaya Bada)