The History of Java : Ide yang Memantik saya Menulis The History of Dayak
Pada tahun 1991, saya pertama kali merasakan pengalaman membaca buku The History of Java karya tuan Raffles.
Sejak masa SD, buku ini telah saya kenal melalui penjelasan dari guru sejarah. Ketika saya sedang dalam proses menulis buku The History of Dayak, saya merasa ingin untuk kembali membaca buku tersebut.
Namun, saya memutuskan untuk tidak membacanya dalam terjemahan, hanya untuk menggunakannya sebagai referensi dasar. Saya ingin memahami bagaimana sebuah karya sejarah yang luar biasa ditulis: apakah berdasarkan urutan kronologis atau berdasarkan tema tertentu?
Maka, saya menghabiskan sehari penuh di Perpustakaan Nasional, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, untuk membaca buku tersebut. Sebelumnya, saya sudah tahu bahwa sebagian besar dari karya ini sebenarnya adalah hasil plagiat.
Saya merasa perlu belajar dari sejarah, seperti pepatah Latin menyatakan, "Historia docet." Karena orang yang tidak mau belajar dari sejarah, akan terkutuk oleh sejarah.
Ketika membaca The History of Java, saya akhirnya menyadari bahwa sebagian besar dari buku ini adalah hasil dari tindakan plagiat. Sir Thomas Stamford Raffles, yang dianggap sebagai penulis buku tersebut, sebenarnya hanya mengutip dan menerjemahkan teks-teks tanpa mencantumkan sumbernya, terutama dari karya Middelkoop yang berjudul "The History of Priboemi," terutama di Bab 10 buku The History of Java.
Saya mendapat pengetahuan tentang tindakan plagiat ini dari berbagai sumber, termasuk pakar sejarah, guru, dan seorang bibliofili yang kemudian menjadi salah satu petinggi Kompas, yakni Polycarpus Swantoro yang akrab disapa Pak Swan.
Terlepas dari isu plagiat Bab 10, The History of Java salah satu the great writings dalam khasanah sejarah Nusantara dan Jawa pada khususnya.
Meskipun demikian, The History of Java tetap dianggap sebagai sebuah mahakarya dalam sejarah Jawa, karena menyajikan catatan berharga dari perspektif penguasa pada masa itu. Hannigan juga mengakui nilai pentingnya.
Namun, saya berpikir bahwa sejarah yang lebih tepat adalah sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa, dengan fokus pada subjek seperti raja, pangeran, keraton, dan rakyat, daripada hanya melihatnya dari perspektif penguasa.
Ide yang memantik
The History of Java oleh Raffles, meskipun kontroversial karena isu plagiat, masih memegang tempat penting dalam sejarah studi dan literatur mengenai Jawa.
Pustaka bersejarah ini telah memberikan kontribusi besar dalam pemahaman kita tentang masa lalu Jawa dan membuka pintu bagi pembaca untuk menjelajahi kerajaan, budaya, dan peristiwa penting yang terjadi di pulau ini.
Kehadiran dan kandungan gizi dari buku ini begitu berharga. Ini adalah jendela yang membuka dunia yang sebelumnya mungkin tidak dikenal bagi banyak orang.
Buku ini memberikan perspektif yang mendalam tentang sejarah Jawa, dengan fokus pada sudut pandang para pemimpin, seperti raja-raja dan pangeran, yang memainkan peran kunci dalam pembentukan sejarah pulau tersebut. Ini adalah catatan yang kaya tentang bagaimana kekuasaan, budaya, dan politik telah berkembang di Jawa selama berabad-abad.
Meskipun fokus pada para elit kekuasaan seputar istana Jawa masa lampau, buku ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang berbagai aspek kehidupan dan budaya Jawa. Ini termasuk deskripsi tentang seni, arsitektur, agama, dan tradisi masyarakat Jawa.
Buku ini memberikan wawasan yang berharga tentang peran berbagai tokoh penting, seperti pangeran dan pemimpin agama, dalam membentuk kehidupan masyarakat.
Sementara kontroversi plagiat mungkin tetap ada, kehadiran buku ini telah memotivasi banyak penulis dan peneliti untuk mendalami sejarah dan budaya Jawa serta menerapkan pelajaran yang mereka peroleh untuk studi tentang kelompok etnis lainnya. Hal ini mencerminkan kekuatan buku sebagai sumber inspirasi, yang bisa memacu penulis seperti Anda untuk mengeksplorasi dan mengabadikan sejarah dan budaya masyarakat Dayak melalui The History of Java.
Terlepas dari isu plagiat Bab 10, The History of Java salah satu the great writings dalam khasanah sejarah Nusantara dan Jawa pada khususnya.
Tidak ada salahnya belajar bagaimana menulis dan meng-konten sebuah buku sejarah dari masternya. Inilah yang dalam ilmu Creative Writing disebut: read and emulate great writings.
Betatapun, saya banyak belajar dari penulis dan mencermati konten The History of Java menjadi sebuah patok-duga bagaimana menulis buku-sejarah yang sangkil dan mangkus serta berdaya-pikat.
Inilah nanti saya mimpikan menjadi salah satu ikon dari ratusan buku yang telah saya tulis dan terbitkan, di samping Ngayau, Keling Kumang, dan 101 Tokoh Dayak.
The History of Dayak diniatkan akan menjadi buku paling berbobot secara harfiah, yakni 600 halaman, atau tidak kurang dari 180.000 kata. Kini naskahnya sendiri dalam tahapan verifikasi konten, dengan bolak-balik Perpustakaan Nasional untuk studi inter-teks. Karena ini buku-sejarah, dan akan diacu banyak orang, jadi musti ekstra hati-hati di dalam metodologi serta pertanggungjawaban akademiknya. ISBN telah didapat dari Perpustakaan Nasional.
Tidak mudah menulis buku sejarah. Tapi pasti bisa! Asalkan punya aaanleg, passion, serta berkanjang duduk manis di perpustakaan mendalami foot notes; lalu menuangkannya dalam tulisan.
(Masri Sareb Putra)