Usop : Ensiklopedia Profesor Dayak 1
Prof. Usop. Sumber gambar: Antara. |
***
Lengkap namanya dan gelarnya: Prof. Kena Muhammad Aini Usop, M.A. Pada masanya, gelar Drs. Dan M. A. bisa jadi profesor, namun kini professor harus S-3.
Buku, salah satu masterpiece Prof. Usop ini, dapat menjadi semacam sebagai jendela yang memungkinkan pembaca untuk memahami secara mendalam proses, peristiwa, dan dampak dari Perjanjian Damai Tumbang Anoi 1894 di Kalimantan Tengah.
Pakat Dayak juga berperan sebagai alat perjuangan, karena mengandung suatu "kebulatan pikiran, pandangan dan langkah ke suatu tujuan" atau "suatu pencerahan pikiran atau kebangkitan? Atau suatu "kebangkitan kembali kebudayaan" (cultural revival).
Sosok Usop yang multidimensi sebagai munsyi, penulis, dan akademikus Kalimantan Tengah mungkin juga memberikan nuansa khusus kepada narasi tersebut, menciptakan suatu atmosfer yang mendalam dan autentik.
"Pakat Dayak" itu berarti dan berfungsi sebagai suatu kerangka interaksi dan integrasi di mana jatidiri atau identitas itu berkembang dari waktu ke waktu dalam proses pembangunan atau dalam proses peradaban/kebudayaan.
Cultural revival
Pakat Dayak juga berperan sebagai alat perjuangan, karena mengandung suatu "kebulatan pikiran, pandangan dan langkah ke suatu tujuan" atau "suatu pencerahan pikiran atau kebangkitan? Atau suatu "kebangkitan kembali kebudayaan" (cultural revival).
Sejarah mencatat peran pentingnya dalam Seminar Internasional Kebudayaan Dayak di Pontianak pada 26-28 November 1992 di mana Usop narasumber kunci, sang profesor turut andil di dalam menyepakati penulisan istilah "Dayak" sebagai nomen clatur bagi etnis penghuni asli (indigenous people) Borneo.
Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Seminar tersebut menjadi platform penting di mana para ahli dan pemangku kepentingan berkumpul untuk membahas dan merumuskan isu-isu terkait budaya Dayak.
Profesor Usop, sebagai salah satu narasumber kunci, berkontribusi pada pengembangan pemahaman tentang masyarakat Dayak dan perannya dalam menjaga dan melestarikan warisan budayanya.
Penegasan bersama terkait penulisan istilah "Dayak" menunjukkan pentingnya kesepahaman dan kesepakatan di antara para pakar dan pihak terkait untuk menciptakan konsistensi dalam penggunaan istilah tersebut. Ini juga mencerminkan peran Profesor Usop dalam memberikan pandangan dan wawasan yang berharga terkait isu-isu identitas dan kebudayaan Dayak.
Keaktifan Profesor Usop dalam lingkup ini tidak hanya mencerminkan dedikasinya terhadap penelitian dan pengembangan kebudayaan Dayak, tetapi juga penghargaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat akademis dan pemangku kepentingan.
Banyaknya panggilan sebagai seorang ahli dan narasumber terkemuka, menegaskan pengaruh positif Usop dalam masyarakat ilmiah. Sekaligus ujud pengakuan atas kontribusinya dalam merinci dan memahami kekayaan budaya masyarakat Dayak.*)