Pastor Lintas 75 Tahun: Untuk Gereja dan khususnya umat Paroki Tembelina
Zacharias Lintas Pr. Dok. Amon Stefanus. |
PATIH JAGA PATI : “Masa hidup kami 70 tahun dan 80 tahun jika kuat, kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru dan kami melayang lenyap”(Maz.90:10).
Itulah ungkapan yang pas untuk menyatakan rasa syukur atas Ulang Tahun ke-75 Pastor Zacharias Lintas Pr, yang lahir di kampung Karab, kecamatan Simpang Dua, Kabupaten Ketapang pada tanggal 3 Januari 1949. Usia 75 tahun sudah masuk ke dalam kategori “kuat”, usia bonus dan anugerah dari Tuhan.
Buah sulung Ketapang
Sungguh merupakan berkat Tuhan yang luar biasa dan “sesuatu banget” bagi putra Dayak Ketapang pertama (Sang buah Sulung, seperti tertulis dalam buku otobiografinya, yang merupakan sumber utama dari tulisan ini) yang menjadi Imam atau Pastor di Keuskupan Ketapang ini. Pernah Penulis mengamati catatan di pemakaman Katolik Payak Kumang Ketapang, ternyata tidak banyak yang mencapai 70 tahun atau lebih, rata-rata mereka meninggal antara usia 60 – 70 tahun, bahkan di bawah usia pensiun 60 tahun.
Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Pagi hari Rabu, 3 Januari 2024, Penulis menelpon Romo Lintas, demikian Ia biasa dipanggil untuk menyapa dan sekedar mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”. Ia saat itu sedang berada di Tembelina, sebuah Paroki tempatnya bertugas yang berjarak sekitar 70 km dari Ketapang, sedangkan penulis di kota Ketapang.“Selamat Ulang Tahun ke-75 Monsinyeur”, sapaku bercanda, “bukankah 75 tahun itu adalah usia pensiun seorang Uskup?”
Di seberang sana terdengar tawanya ngakak. Saya memang sudah lama akrab dengan Pastor Lintas, sebab pernah menjadi 1 tim ketika Ia menjadi Pastor Kepala Paroki Katedral St. Gemma Galgani, saya adalah salah satu anggota Dewan Pastoral Paroki. Pastor Lintas juga terlibat aktif ketika kami melakukan pengembangan wilayah pelayanan untuk Credit Union Pancur Solidaritas Ketapang pada tahun- tahun awal pendiriannya.
Ketika saya browsing di internet, di Wikipedia tertera bahwa Rm. Zacharias Lintas pernah menjadi Vikaris Jenderal (Vikjen) atau wakil Uskup saat Uskup Ketapang dijabat oleh Mgr.Blasius Pujaraharja, menggantikan Vikjen sebelumnya, yaitu P.Jeroen Stoop,CP yang kembali ke negeri Belanda karena usia lanjut.
Dari Simpang Dua terpanggil jadi imam
Masa kecilnya ia habiskan di Simpang Dua dan bersekolah di SDN 02 Simpang Dua, kemudian melanjutkan Pendidikan ke SMP Usaba Ketapang (kini SMP PL St.Albertus). Atas dorongan dan bimbingan Pastor Th.Lumanauw, Pr, Ia terpanggil untuk menjadi Imam Katolik atau Pastor, maka ia melanjutkan studi ke SMA Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah, terus ke Seminari Tinggi St.Paulus Kentungan,Yogyakarta. Akhirnya Ia ditahbiskan menjadi Imam oleh Mgr.Gabriel W.Sillekens, Uskup pertama Keuskupan Ketapang di Gereja Katedral St. Gemma Galgani Ketapang pada tanggal 16 April 1978.
Setelah ditahbiskan jadi Imam, ia mendapat tugas perdana sebagai Pastor rekan di Paroki Maria Assumpta Tanjung bersama P.Walter Van Hearen,CP, P.Laurentius Puts,CP dan P.Gualberto,MSF.
Setelah bertugas di sana selama 3 tahun, maka pada tahun 1981 Pastor Lintas dipindahkan ke Paroki St.Paulus Tumbang Titi bersama P. Maurits Mestrom,CP dan P. Herman Cremers,CP, keduanya berasal dari Negeri Belanda. Di Paroki ini Pastor Lintas bertugas selama 4 tahun, karena pada tahun 1985 ia mendapat mandat berbeda dari Bapak Uskup, yaitu tugas melanjutkan studi S-2 di Universitas Gregoriana di Roma, dengan memilih Prodi Ilmu Sosial, dengan konsentrasi Ajaran Sosial Gereja (ASG). Namun. 3 bulan sebelum memulai studi di Roma yang kuliahnya menggunakan Bahasa Italia sebagai Bahasa Pengantar, ia terlebih dahulu mendalami Bahasa Inggeris di Universitas Katolik Nijmegen di Belanda dan tinggal di Biara Pasionis di Mook. Studi S-2 di Universitas Gregoriana Roma diselesaikannya dalam waktu 3 tahun dan pada September 1988 ia kembali ke Indonesia dan berhak menyandang gelar Lic atau Licentiate, suatu gelar akademik setingkat Master yang digunakan oleh Universitas Kepausan; suatu gelar yang tidak pernah dipakainya di depan umum.
Baca Patih Jaga Pati: Balai Kepatihan Legasi Untuk Suku Bangsa Dayak
Pada periode selesai kuliah S-2 di Roma, Pastor Lintas lebih banyak ditugaskan di seputar Pusat Keuskupan, seperti sebagai Ketua Yayasan Usaba, menggantikan Br. Ignatius Karno,FIC. Yayasan Usaba memiliki Paud/TK, beberapa SD, SMP, SMA dan SMK Usaba, namun pada tahun 2011 karena kesulitan finansial, SMA dan SMK Usaba diserahkan pengelolaannya kepada Kongregasi Suster St. Agustinus dari Kerahiman Allah Ketapang (kini bernama SMA dan SMK St. Petrus).
Tugas sebagai Ketua Yayasan Usaba diembannya sampai tahun 1994 atau 6 tahun. Pada tahun 1994 Ia dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Pastor Kepala Paroki Katedral St.Gemma Galgani Ketapang sd.
Tahun 2004 atau 10 tahun dan merangkap sebagai Vikjen sejak tahun 1999 sampai digantikan oleh Pastor Laurensius Sutadi.Pr pada tahun 2013, ketika Uskupnya sudah dijabat oleh Mgr.Pius Riana Prabdi, pengganti Mgr. Blasius Pujaraharja. Selesai tugas sebagai Pastor Kepala Paroki Katedral Ketapang tahun 2004, Pastor Lintas banyak menjalankan tugasnya sebagai Vikjen dan membenahi Komisi- komisi di tingkat Keuskupan, termasuk pernah menjadi Ketua Komisi Pendidikan dan Ketua Komisi Iman dan Adat.
Pada saat ini Pastor Lintas sempat menulis buku tentang Hukum Adat Dayak Simpang. Pada tahun 2009, Paroki Katedral Ketapang dimekarkan menjadi 2 Paroki dengan mendirikan Paroki baru yang diberi nama Paroki St. Agustinus Payak Kumang dan Pastor Lintas diberi tugas untuk merintis pendiriannya.
Setelah infrastrukturnya lengkap, paroki ini diserahkan kepada Imam dari Kongregasi Pasionis ( CP) untuk mengelolanya. Namun demikian, Pastor Lintas tetap boleh membantu di Paroki tersebut, kalau dia menginginkannya sampai dia berusia pensiun 65 tahun atau lebih.
Pastor Lintas memasuki usia pensiun pada tahun 2014, dimana seorang Imam Katolik boleh memilih tempat untuk menghabiskan masa tuanya. Pada tahun 2016, Pastor Lintas didiagnosa mengalami gagal jantung, sehingga Ia harus pasang 1 ring jantung di RS Elisabeth, Semarang.
Syukurlah sejak dipasang ring jantung, kesehatannya membaik dan ia memilih untuk pindah di Wisma Keuskupan Ketapang, sekaligus membantu pelayanan umat di Paroki Katedral. Pada saat itu, ketika Ia diundang memimpin Misa di lingkungan Ia selalu berpesan,” Aku ni udah adak mampu gik im bejalan, bemotor sorang bah; makenye kalau mau mintak aku, kitak antar jemput aku am bah?” ujarnya setengan bercanda dalam Bahasa Ketapang.
Memang pada usia 68 tahun pasca pemasangan ring jantung tahun 2016, Pastor Lintas terkesan agak ringkih secara fisik, tetapi secara mental Ia masih tetap penuh semangat dalam melayani umat yang memerlukannya. Ia tidak pernah menolak bila diminta memberikan pelayanan pastoral.
Kehidupan pribadi Pastor Lintas harus berubah drastis pada tahun 2019, ketika Mgr.Pius Riana Pradi sebagai Uskup Ketapang meminta dia untuk menjadi Pastor Kepala Paroki St. Carolus Borromeus, Tembelina, sebuah Paroki pedalaman yang sedang mengalami krisis internal. Di mata Mgr.Pius, Pastor Lintaslah orang yang paling tepat dan mampu menangani persoalan yang dialami oleh Paroki tersebut.
Sebagai seorang Imam Diosesan, bila ditugaskan oleh pemimpinnya untuk menangani hal- hal yang bersifat “krusial”, maka pada saat itulah kesempatan bagi dia untuk memperlihatkan loyalitasnya (ketaatannya) dan dedikasinya pada pelayanan jemaat. Dan Pastor Lintas melakukannya, bak seorang tentara ketika diperintah terjun ke medan perang dan ia menjawab,”Siap Komandan!”, walaupun Ia sudah “emeritus” dan sepuh serta kondisi kesehatannya sudah kurang baik.
Untuk itu, ia dibekali secara “istimewa” dibandingkan Pastor Paroki lain, yaitu dibekali mobil operasional Paroki; 1 mobil tua Keuskupan dan 1 lagi mobil ambulance yang tidak difungsikan di Paroki Katedral.
“Blessing in disguise” atau berkat terselubung, mungkin itu ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang dialami oleh Pastor Lintas. Beberapa waktu berlalu, perlahan tetapi pasti, persoalan- persoalan yang bak benang kusut itu, di tangannya mulai terurai dan terselesaikan; umat menjadi semakin guyub dan semangat. Tetapi masih ada 1 warisan lagi yang harus ditanganinya.
Meneruskan pembangunan gereja yang "mangkrak"
Menurut Pastor Lintas ketika dihubungi via HP, pada saat Bupati Ketapang dijabat oleh Pejabat Bupati, Kartius pada tahun 2015, Rm.Agus (alm.) Pastor Paroki dan DPP waktu itu mengajukan proposal bantuan rehab Gedung Gereja Paroki Tembelina ke Pemkab Ketapang.
Gedung Gereja itu dibangun saat P. Ig.Made Sukartia,Pr menjabat sebagai Pastor Paroki Tembelina. Gereja itu tampak dari depan “bergaya Bali” , karena memang Pastor Made adalah orang Bali. Oleh Pj.Bupati Ketapang, Kartius saat itu disarankan agar jangan rehab, tetapi bangun baru saja.
“Saya akan bantu pendanaannya” ujar Kartius. Namun, ternyata dana hibah dari Pemkab untuk pembangunan Gereja baru yang dibangun di samping Gedung Gereja lama itu, besarnya hanya Rp 1 M, jauh di bawah anggaran yang diusulkan yaitu sekitar Rp 6 M. Apa yang terjadi? Dana itu hanya cukup untuk membangun fondasi dan sedikit rangka, akibatnya dapat ditebak,”mangkrak!”.
Baca Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Hadiri Upacara Adat Tentobus
Sedihnya lagi, Pastor Paroki pengganti Pastor Agus (alm.) tidak bersedia meneruskan pembangunan “Gedung Gereja mangkrak” itu. Nah, ketika Pastor Lintas datang sebagai Pastor Paroki yang baru, ia merasa itu adalah tanggung jawabnya untuk menyelesaikannya sehingga bermanfaat bagi umat. Bersama umat dan dengan bantuan Pemkab Ketapang di masa Bupati Martin Rantan, maka Gedung Gereja yang megah itu berhasil diberkati dan diresmikan pada tanggal 9 Desember 2023.
Menurut Pastor Lintas, Gedung Gereja ini memiliki kapasitas sekitar 1.000 orang dengan total biaya pembangunan sebesar Rp 6,6 M. Semua umat Paroki bersukacita. Luar biasa! Itulah “legacy” atau warisan Pastor Lintas untuk Gereja dan khususnya umat Paroki Tembelina, “Blessing in disguise!”.
Tokoh Dayak jilid 2
Sekadar untuk diketahui bahwa atas dedikasi luar biasa, ketekunan, dan semangat belajarnya demi kemajuan bangsa, terutama orang Dayak di Ketapang dan Kalimantan Barat; Pastor Lintas tanpa ragu diakui sebagai salah satu tokoh Dayak terkemuka dalam Senarai Tokoh Dayak Jilid II. Keberhasilannya tak hanya tercermin dalam pencapaian pribadinya, tetapi juga melalui pengabdiannya yang sungguh-sungguh dan tanpa pamrih kepada masyarakat, khususnya kepada suku Dayak.
Pastor Lintas adalah sosok langka yang mengabdikan dirinya secara totalitas, tanpa memandang batas dan tanpa pamrih. Dedikasinya kepada masyarakat Dayak tidak hanya terlihat dari segi prestasi, tetapi juga melalui upaya nyata dalam memajukan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pengabdian Pastor Lintas mencerminkan semangat yang tulus dan komitmen yang mendalam untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup orang-orang Dayak. Melalui usaha kerasnya dalam belajar dan mengembangkan diri, ia telah menjadi teladan bagi banyak generasi yang mengikuti jejaknya.
Keterlibatan Pastor Lintas dalam Senarai Tokoh Dayak Jilid II bukan hanya sebagai penghormatan atas prestasinya, tetapi juga sebagai pengakuan akan peran pentingnya dalam memajukan budaya dan identitas Dayak. Ia adalah contoh nyata bahwa dengan pengabdian dan semangat belajar keras, seseorang dapat memberikan kontribusi besar bagi kemajuan dan kebanggaan bangsanya.
Betah di lingkungan Tembelina
Bukan hanya itu, ternyata lingkungan Tembelina yang masih alami, dengan latar belakang pegunungan yang indah, membuat Pastor Lintas betah di sana dan kesehatannya semakin membaik. Dia nampak “happy”.
Dengan bangga dia bercerita bahwa ia telah membangun rumah pribadi di belakang Pastoran Tembelina untuk menghabiskan masa tuanya. Ia bahkan sudah menyiapkan “kavling abadi” sekitar 1 km dari Paroki dekat gunung untuk dirinya dan juga untuk umat Paroki.
“Aku nanti yang pertama membangun dan tinggal di kavling itu, setelah itu baru yang lain”, ujarnya serius tetapi dengan ekspresi ceria.
“Wai Pastor, ndak di Tanah kelahiranmu di Simpang Dua kah “kavling abadi nya”? tanya Penulis.
“Eh adak ak, sinek am,” ujarnya lugas seperti memberi wasiat.
Selamat Ulang tahun ke-75 Pastor Lintas, terus sehat dan menapaki usia “kuat” 80 tahun. Terima kasih atas dedikasimu sampai titik ini.
(R.Musa Narang)