Dayak Jadul: Mengapa Berpanjang Telinga?
Kenyah, Dayak Pampang, Simson, Samarinda, Kalimantan Timur, telinga, panjang,
Penulis dan Simson, Dayak langka yang masih bertelinga panjang. |
PATIH JAGA PATI : Dayak zaman dahulu kala (jadul). Mengapa berpanjang telinga?
Tentu ada alasannya. Baik alasan filosofi, budaya, adat, maupun pragmatisnya. Mengapa? Sebab manusia Dayak senantiasa ada akalnya.
Ujud kecerdasan alam manusia Dayak
Penduduk asli pulau terbesar ketiga dunia yang luasnya 743,330 km² itu dikenal sebagai manusia yang memiliki kecerdasan alam (Natural intelligence).
Maka jangan salah menilai!
Tradisi berpanjang telinga yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian integral dari identitas budaya dan adat Dayak. Berpanjang telinga ini telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang yang dijaga dengan rasa hormat dan kecintaan terhadap warisan budaya mereka.
Praktik berpanjang telinga juga memiliki kegunaan pragmatis dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Misalnya, dalam situasi tertentu di hutan atau lingkungan alam, telinga panjang bisa berfungsi sebagai alat proteksi dari serangga atau bahaya fisik lainnya.
Ati Bachtiar: Jejak Langkah Telinga Panjang
Telinga panjang bagi orang Dayak bukan hanya sekadar tanda fisik, melainkan sebuah penanda kultural yang sarat akan makna dan filosofi. Saat berada di City Walk, Jakarta, pada tahun 2018, saya menemui seorang teman, Ati Bachtiar, yang membawa buku berjudul Jejak Langkah Telinga Panjang.
Buku ini memuat kisah-kisah manusia Dayak yang memiliki ciri khas unik berupa telinga panjang.
Dalam obrolan di sudut Starbuck, kami membahas isi buku tersebut. Ati Bachtiar, seorang peneliti, dengan bangga memperlihatkan babu buku yang akan ditulis, dan dipublisya.
Ati bertanya, "Gimana ini, bang?" Saya memberikan semangat, "Go ahead!" dan memberikan dorongan agar dia percaya pada hasil penelitiannya.
Buku ini menjadi jendela yang mengungkapkan tentang manusia Dayak bertelinga panjang, yang kini semakin langka. Meski saat itu masih ada beberapa individu Dayak dengan ciri khas ini, anak-anak muda sudah jarang memiliki telinga panjang seperti leluhur mereka.
Telinga panjang : Membedakan manusia dengan orangutan
Simson, seorang Kenyah berusia 71 tahun. Dia adalah salah satu penjaga rumah betang atau lamin di Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Simson menjelaskan bahwa telinga panjang memiliki makna khusus. Bagi laki-laki, telinga tidak panjang berjuntai, sebab mereka sering pergi ke hutan, dan telinga yang panjang bisa nyangkut di dahan atau akar-akaran. Sedangkan bagi perempuan, yang tinggal di rumah, telinga panjang adalah ciri khasnya.
Saya mendengarkan dengan saksama ketika Simson menjelaskan bahwa telinga panjang adalah salah satu cara orang Dayak membedakan diri mereka dari orang utan atau monyet.
Selain tingkah laku dan sikap, telinga panjang menjadi salah satu ciri unik yang menandai identitas mereka.
Muncul pertanyaan menggelitik: jika suatu saat tidak ada lagi manusia Dayak bertelinga panjang, bagaimana kita dapat membedakannya dari monyet dan orangutan?
Pertanyaan ini menggugah pemikiran akan perubahan zaman dan tradisi. Serta bagaimana ciri fisik dapat menjadi jejak sejarah dan identitas budaya yang perlahan menghilang.
- Rangkaya Bada