Kalimantan Kaya Batubara (2) : Kita dan Dunia dalam Krisis Energi
Sumber daya alam (SDA) Kalimantan yang diangkut keluar pulau. |
Teks dan gambar| Rangkaya Bada
PATIH JAGA PATI : Krisis batubara di dunia terus menjadi perhatian karena menunjukkan berbagai indikator yang mengkhawatirkan.
Permintaan akan batubara, sebagai bahan bakar padat yang penting, terus meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Pasokan batubara, harga, dan kebutuhan
Namun, pasokan batubara tidak selalu dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan ini. Hal itu menyebabkan ketidakseimbangan yang berpotensi mengancam stabilitas energi global.
Baca Kalimantan Kaya Batubara (1) : Mengapa Krisis Energi?
Faktor-faktor seperti penurunan investasi dalam industri batubara, peraturan lingkungan yang ketat, dan peralihan ke sumber energi terbarukan telah menyulitkan produksi dan pasokan batubara.
Hal ini menjadi lebih rumit dengan adanya tekanan internasional untuk mengurangi emisi karbon, yang mendorong penurunan penggunaan batubara sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim..
Kebutuhan energi dunia meningkat
Kebutuhan energi dunia meningkat dengan kemajuan ekonomi yang pesat sekitar 4% per tahun untuk tahun 1950-an dan 1960-an. Akan tetapi, total produksi batubara hanya 2% selama periode ini.
Bahan bakar padat saat ini menyumbang tidak lebih dari 30% dari total pasokan energi dunia. Batubara menyumbang 30% dari pasokan energi dunia, 40% produksi listrik, dan 70% bahan bakar untuk pembangkit listrik termal tradisional dan juga pemasok untuk industri besi dan baja.
Baca Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Pasokan batubara untuk industri dan rumah tangga domestik mencapai hampir 40% dari pasarnya. Konsumsi yang diprediksi hanya akan menggunakan hingga 5-10% dari modal batubara pada akhir abad ini.
Harga batu bara per unit termal saat ini sepertiga dari harga minyak. Industri batubara merupakan industri berbasis tenaga kerja terancam turun hasil produksinya di satu pihak dan meningkat biaya pengadaannya di pihak lain.
Diperkirakan permintaan batubara global akan turun sekitar 8% pada tahun 2020. Terjadi penurunan terbesar sejak Perang Dunia II, dengan penurunan penggunaan batubara di hampir setiap sektor di setiap wilayah di dunia.
Krisis batubara
Di Cina, permintaan batu bara akan turun pada tahun 2020 sekitar 5%, meskipun pemulihan bertahap sejak penguncian Februari.
Kebutuhan energi dunia meningkat dengan kemajuan ekonomi yang pesat sekitar 4% per tahun untuk tahun 1950-an dan 1960-an, tetapi total produksi batubara hanya 2% selama periode ini. Bahan bakar padat saat ini menyumbang tidak lebih dari 30% dari total pasokan energi dunia. Batubara menyumbang 30% dari pasokan energi dunia, 40% produksi listrik, dan 70% bahan bakar untuk pembangkit listrik termal tradisional dan juga pemasok untuk industri besi dan baja. Batubara dan dan Kebutuhan Energi
Pasokan batubara untuk industri dan rumah tangga domestik mencapai hampir 40% dari pasarnya. Konsumsi yang diprediksi hanya akan menggunakan hingga 5-10% dari modal batubara pada akhir abad ini.
Harga batu bara per unit termal saat ini sepertiga dari harga minyak. Industri batubara merupakan industri berbasis tenaga kerja terancam turun hasil produksinya di satu pihak dan meningkat biaya pengadaannya di pihak lain.
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan produksi batu bara turun 11% menjadi 530 juta metrik ton tahun ini. Namun, anggota berencana untuk lebih menurunkan produksi menjadi 480 juta ton karena harga yang lemah, APBI mengumumkan pada hari Rabu.
Harga batu bara acuan (HBA) Indonesia mencapai US$52,98 per ton pada Juni, harga terendah dalam empat tahun terakhir, menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pemain Besar Batubara di Indonesia
Siapa pemain besar bisnis batubara di Indonesia? Inilah mereka:
Bumi Resources Adaro Energy), Arutmin, Delta Dunia Makmur, Indika Energy, Berau Coal, Kaltim Prima Coal, dan Kideco Jaya Agung.
Papa peenambang di Indonesia, negara pengekspor batu bara terbesar di dunia tidak bisa bermain sendiri. Ada pemain lain yang turut menentukan harga batubara dunia.
Telah memutuskan untuk memangkas produksi dalam negeri sebesar 50 juta ton tahun ini dalam upaya mereka untuk meningkatkan harga batu bara global, yang telah jatuh selama krisis Pandemi Covid-19.
Prediksi mengenai permintaan batubara global akan turun sekitar 8% pada tahun 2020, penurunan terbesar sejak Perang Dunia II, dengan penurunan penggunaan batubara di hampir setiap sektor di setiap wilayah di dunia.
Baca Patih Jaga Pati : Simbol Kerajaan Ulu Aik Dan Dayak Ada Padanya
Di China, permintaan batu bara akan turun pada tahun 2020 sekitar 5%, meskipun pemulihan bertahap sejak penguncian di bulan Februari. Kurangnya permintaan akan batubara dari China ini, berdampak pada produksi dan pasar batubara di Indonesia.
(Bersambung)