Telu, Pekasam, atau Wadik : Makanan Ekstrem Khas Dayak Lundayeh
Telu (Lun Dayeh), Pekasam (Dayak Kalbar), wadik (Dayak Kalteng).
Gambar dan teks| Afri ST. Padan
PATIH JAGA PATI: Kuliner mencerminkan suatu etnis. Saah satunya adalah "telu". Telu (Lun Dayeh), Pekasam (Dayak Kalbar), wadik (Dayak Kalteng). Sebagaimana halnya sukubangsa dunia ini, orang Dayak punya kuliner ekstrem dan khas, yakni: telu.
Budaya makanan khas telu ini dapat juga sebagai tanda masih melimpahnya daging binatang di hutan. Terutama daging babi dan sejenisnya serta hasil tangkapan di sungai dan pertanian.
Kuliner khas Dayak
Kebiasaan memakan makanan tertentu di kalangan masyarakat pada zaman sekarang ini bukan lagi menjadi sebuah tradisi yang tabu.
Kuliner ektrem seperti telu dibicarakan dan dimunculkan karena berawal dari mengenal kebiasaan makan inilah kita bisa mengetahui tentang sejarah dan pengetahuan lokal.
Pada beberapa orang, kelompok maupun suku bangsa tertentu dalam menggunakan garam, misalnya sebagai bahan dasar mengawetkan dan memfermentasikan makanan yang bukan saja garam dari laut akan tetapi garam digunung.
Mengawetkan dengan garam
Garam gunung ada di wilayah Krayan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara dapat juga digunakan sebagai bahan campuran rasa membuat telu.
Dayak Tidak Dari Mana Pun, Melainkan Asli Borneo
Dengan mengetahui tentang makanan tradisional Dayak lundayeh ini. Maka akan menambah wawasan kita tentang jenis-jenis makanan tradisional yang ada didunia. Di Indonesia yang masih banyak untuk digali dan dipertahankan karena memiliki nilai khas dan unik sebagai perekat budaya.
Kuliner, seperti telu, dapat menjadi gambaran sosial dan ekonomi masyarakatnya. Termasuk pula dapat menjadi parameter dalam melihat kelestarian hutan adat Dayak yang terjaga sampai hari ini. Hal itu perlu karena mampu menyediakan dan menyimpan segala sumber makanan dan pengetahuan lokal bagi orang Dayak terutama untuk membuat telu.
Bahan utama dalam pembuatan telu memiliki variannya tersendiri yang dapat dibedakan tujuan pembuatannya, baik untuk kebutuhan konsumsi tumah tangga maupun untuk dipasarkan.
Untuk bahan dasar telu yang dikonsumsi dalam rumah tangga biasanya bahannya lebih simple yaitu nasi, daging babi atau ikan sungai dan garam. Sedangkan telu yang dibuat untuk dipasarkan biasanya bermacam-macam bahan campurannya seperti nasi atau ubi, daging babi atau ikan sungai, jagung tua dan garam.
Teknik membuat
Teknik pembuatannya yang disampaikan dalam tulisan ini lebih fokus kepada telu yang dijual karena cara pembuatannya lebih rumit dibandingkan telu yang dibuat untuk kebutuhan rumah tangga. Di mana berdasarkan pengalaman seorang penjual telu yang ada di desa wisata Pulau Sapi Kecamatan Mentarang Kabupaten Malinau. Cara membuat telu sebagai berikut:
- Daging babi hutan mentah yang dipotong kecil-kecil ukurannya sesuai selera.
- Ubi (yang bisa dikonsumsi) dikupas lalu diiris tipis-tipis lalu dijemur sampai kering (biasanya cuaca panas 2 hari) kemudian ditumbuk/digiling kering menggunakan blender sampai menjadi tepung dan setelah itu disangrai sampai berwarna agak kecoklatan.
- Biji jagung (tua) digiling sampai agak halus lalu siap disangrai sampai mengeluarkan aroma jagung bakar.
- Garam untuk bahan pencampur rasa.
Setelah semua bahan olahan telu berdasarkan kebutuhan ini disiapkan. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses pencampuran bahan-bahan. dimulai dengan mencampurkan daging yang sudah dipotong kecil-kecil dengan garam. Kemudian ditambahkan dengan tepung ubi dan jagung yang sudah disangrai secara merata.
Terakhir adalah proses memasukan olahan telu kedalam wadah berupa tong yang ukurannya menyesuaikan dengan banyaknya telu yang dibuat kemudian ditutup rapat agar tidak mudah dimasuki oleh serangga atau udara langsung.
Baca Patih Jaga Pati Terima Dokumen Usulan Masyarakat Hukum Adat Dayak Sajatn Simpang Hulu
Simpan di tempat yang teduh selama 2-3 minggu atau sampai beberapa bulan tergantung proses fermentasinya matang dengan tanda aromanya yang kuat.
Bagaimana mengonsumsi telu?
Untuk mengkonsumsi telu harus dimasak. Dan baiknya di atas perapian yang menggunakan kayu bakar agar mendapatkan aroma dan cita rasa yang khas agak asam di mana hal ini tergantung lidah masing-masing orang bagi yang terbiasa tidak terlalu mempermasalahkannya malah semakin merangsang nafsu makan.
Di kalangan Dayak Lundayeh Idi Lun Bawang di Krayan, Sarawak, dan Brunei, kuliner telu ini sangat digemari. Bisa jadi ada suatu kekhasan atau kuliner khas etnis tertentu. Namun, ada juga kuliner yang untuk semua-bangsa, bisa.
Apalagi jika ditambah dengan bawang putih atau cabai, bukan main citarasa lezatnya telu. *)