|
Alexander Wilyo sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik. |
PATIH JAGA PATI : Peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan. Ini jika tidak ada aral melintang pada tanggal 2 Mei 2024 diadakan ritual adat Menait Bale Kepatihan, acara adat Buang Sial, dan acara adat Timang Tanduk Sangiang Holang (acara adat minum tuak dengan tanduk).
Keesokan harinya, tanggal 3 Mei, akan dilanjutkan dengan acara adat Kutomaro, acara adat Ngalu (penyambutan tamu secara adat), tarian adat Beganjak, ritual adat pendirian ponti'/pantak padagi (penyatuan tanah dan air dari wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh), makan beradat, dan acara menari-beigal.
Kemudian pada tanggal 4 Mei 2024, akan diadakan acara peresmian Balai Kepatihan, ritual adat Kisar Pesalin, dan menari-beigal.
Sekilas Tentang Balai Kepatihan Jaga Pati
Pembangunan Balai Kepatihan Jaga Pati berawal dari Singa Bansa, Raja Hulu Aik Ke-51 menobatkan Patih Jaga Banua Alexander Wilyo, S. STP., M. Si -- sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.
Penobatan Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, S. STP., M. Si sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik tersebut dilakukan dengan ritual adat Kisar Pesalin di kediaman Raja Hulu Aik, di Laman Sengkuang, Desa Benua Krio, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang, pada tanggal 26 Juni 2021.
|
Penampakan dalam dan luar Balai Kepatihan Jaga Pati. |
Ritual adat Kisar Pesalin Patih Jaga Pati tersebut dilakukan oleh Domong Adat Kerajaan, Temenggung Florianus Sudirnus, bersama 12 perwakilan domong/temenggung adat di wilayah Laman Sembilan Somong Sepuluh, yang meliputi: Desa Darat Pantai Kapuas, Labai Lawai, Simpang Sakayok, Laur Jokak, Bihak Krio, Tayap-Kayong Gerunggang, Pesaguan Sekayok, Jalai Sekayok, Kendawangan Seakaran dan perwakilan dari Provinsi Kalteng.
Melalui ritual adat Kisar Pesalin itu, Patih Jaga Pati Alexander Wilyo didoakan supaya mendapatkan dolat berkat dari Duata Perimbang Alam Bumi Tanah Arai berupa Gelang Bukung, Tongkat Takacil, Lidah Hantu, dan Taring Todung.
Dolat berkat dari Duata Perimbang Alam Bumi Tanah Arai tersebut adalah sebagai bekal Patih Jaga Pati dalam menegakkan adat jalan jamban titi sejak karosik mula tumbuh tanah mula menjadi.
Selain itu, Raja Singa Bansa juga menyerahkan bendera pusaka Patih Jaga Pati Desa Sembilan Domong Sepuluh kepada Patih Jaga Pati Alexander Wilyo.
Dengan dikisar-pesalin, Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh, Alexander Wilyo, S. STP., M. Si. diharapkan bisa kompang ke beruang, berani ke babi, tanduk tinggi, taring tajam -- yang artinya mampu (baik ke luar maupun ke dalam) menjunjung adat jalan jamban titi sejak karosek mula tumbuh tanah mula menjadi.
Pati Adalah Adat Tertinggi
Pati adalah adat tertinggi dan terbesar di Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik. Pati juga berarti adil dan bijaksana. Bijak, dalam bahasa adatnya, pemupuh (pemukul) jangan patah, tanah jangan longgam (berbekas), ular jangan mati.
Jadi, tugas utama Patih Jaga Pati adalah menegakkan adat, budaya, dan tradisi Dayak di tanah Kalimantan, khususnya Laman Sembilan Domong Sepuluh.
Raja Singa Bansa pun menegaskan bahwa pengangkatan Patih Jaga Pati itu adalah kebutuhan, sebab bangsa Dayak sangat membutuhkan seorang figur yang peduli dan mendedikasikan hidupnya untuk kedaulatan bangsa Dayak. Oleh karena itulah, Raja Singa Bansa pun sangat menaruh harapan besar agar Patih Jaga Pati bisa memajukan bangsa Dayak.
Mengangkat Marwah Raja
Sejak dikisar-pesalin menjadi Patih Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo pun berkomitnen untuk menegakkan kembali kedaulatan bangsa Dayak serta memperkokoh, memperkuat peran para domong di wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh.
Karena itulah, Patih Jaga Pati mengajak seluruh masyarakat adat Dayak untuk bersatu, berjuang dan menyatukan kekuatan dalam menegakkan adat, budaya dan tradisi bangsa Dayak, dan mengangkat marwah Raja Hulu Aik.
Simbol Kedaulatan Dayak
Balai Kepatihan Jaga Pati di Jl. S. Parman, Gg. Kelapa Gading No. 21, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat berbentuk rumah betang/batang, rumah panggung. Bangunannya bermotif Dayak, berdampingan dengan pesanggrahan/pondok Kepatihan Jaga Pati Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik serta satu kompleks dengan Padepokan dan Pendopo Kepatihan.
Luas bangunannya 10 x 14 (lebar 10 meter, panjang 14 meter).
Tangganya terbuat dari kayu belian/kayu ulin bulat, berdiameter sekitar 40 senti meter, yang terdiri dari tujuh anak tangga.
Di dalam ruangan Balai Kepatihan terdapat Singgasana Kepatihan. Singgasana ini adalah tempat duduk Patih Jaga Pati, para domong, dan para tamu pada acara-acara seremonial kepatihan.
Sebab itulah Balai Kepatihan ini didirikan sebagai “simbol kedaulatan Dayak”.
Simbol kedaulatan Dayak itu tersirat dalam “tiga daulat”, yang diucapkan dalam Sumpah Setia Patih Jaga Pati. Tiga daulat itu, yakni: (1) berdaulat secara budaya, (2) berdaulat secara ekonomi, dan (3) berdaulat secara politik.
Selain sebagai simbol kedaulatan Dayak, Balai Kepatihan juga sebagai “penyemangat Dayak” dalam mempertahankan jati diri atau identitas Dayak, dan dalam rangka menjaga simbol-simbol Dayak.
Patih Jaga Pati juga mengayomi semua adat, budaya dan tradisi seluruh suku bangsa yang ada di wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh, untuk menjaga keharmonisan hubungan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI.