Ignatius Kardinal Suharyo Menjelaskan Makna "Katedral"

katedral, Jakarta, uskup, kursi, gothik

Ignatius Kardinal Suharyo. Kreditr gambar: kas.or.id

Kursi. 

Begitu arti harfiah "katedral" sebagaimana dijelaskan dalam sebuah wawancara menarik, yang ditonton puluhan ribu orang.

https://www.facebook.com/reel/824058719055311

Mgr. Igantius Suharyo menjelaskan bahwa Gereja Katedral Jakarta didirikan pada tahun 1901 dan merupakan contoh khas dari gaya arsitektur neo-gothik. 

"Istilah'katedral'berasal dari bahasa asing yang secara harfiah berarti "kursi." Di setiap katedral, terdapat kursi yang menjadi simbol tempat uskup melayani dan mengajar. Kursi ini melambangkan otoritas dan tugas seorang uskup dalam mengajar dan memimpin jemaat, sehingga hanya uskup yang berhak duduk di sana," terang Mgr, Suharyo yang selain uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), juga kardinal.

27 katedral dengan ciri bhineka tunggal ika

Di Indonesia, menurut penjelasan kardinal, "Terdapat 27 keuskupan, masing-masing memiliki gereja katedral. Namun, Gereja Katedral Jakarta memiliki gaya arsitektur yang sangat khas dan unik, dengan dominasi gaya neo-gothik yang megah. Gaya arsitektur Eropa yang digunakan di Gereja Katedral Jakarta hanya ada satu ini di Indonesia, menjadikannya sangat istimewa dan berbeda dari gereja katedral lainnya."

Interior gereja Katedral Keuskupan Agung Jakarta. Foto. Kurris/Obor.

Dikemukakan monseigneur yang lemah lembut dan murah hati ini, "Gaya arsitektur Eropa yang serupa juga dapat ditemukan pada Katedral Bandung dan Katedral Bogor, tetapi mereka tidak sepenuhnya sama. Banyak gereja katedral lain di Indonesia yang dibangun sesuai dengan keadaan dan budaya setempat. Misalnya, Gereja Katedral di Sanggau, Kalimantan Barat, mencerminkan nilai-nilai lokal dan budaya setempat." 

Dikemukakannya bahwa Gereja Katedral Sanggau mengintegrasikan elemen-elemen budaya dan tradisi lokal dalam desain dan dekorasinya, mencerminkan identitas masyarakat setempat. Ini berbeda dengan gereja katedral di Jakarta, Bogor, dan Bandung yang lebih kental dengan gaya neo-gothik Eropa. 

"Perbedaan gaya arsitektur ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sejarah, pengaruh budaya, dan kondisi setempat saat gereja-gereja tersebut dibangun," imbuh sang gembala Jakarta. 

Gereja-gereja di daerah yang lebih dipengaruhi oleh budaya Eropa cenderung memiliki arsitektur yang mencerminkan pengaruh tersebut. Sementara gereja-gereja di daerah lain beradaptasi dengan budaya lokal untuk lebih dekat dengan umat yang mereka layani.

Kekayaan dan keragaman Gereja Katolik di Indonesia

Demikianlah kekayaan dan keragaman Gereja Katolik di Indonesia. Tidak hanya terlihat dari segi arsitektur tetapi juga dalam cara mereka mencerminkan dan menghormati budaya dan tradisi lokal. 

Gereja Katedral Jakarta dengan gaya neo-gothiknya menjadi satu-satunya contoh terbaik dari bagaimana sejarah dan budaya dapat bersinergi dalam sebuah karya arsitektur religius di Indonesia.

Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo (lahir 9 Juli 1950) adalah seorang prelat Gereja Katolik Indonesia yang telah menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta sejak 29 Juni 2010, menggantikan Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja, S.J. 

Sebelum menduduki jabatan ini, Mgr. Suharyo adalah Uskup Agung Koajutor Jakarta.

LihatTutupKomentar
Cancel