Sumpit: Senjata Andalan Dayak Punan

Punan, Dayak, Kalimantan ulin, kitung, lemelai, tukuh, ribut

Parden, salah seorang Dayak Punan, yang piawai menyumpit.

Punan sungguh unik dalam keberagaman suku Dayak, terkenal dengan kecerdasan alam (natural smart) yang melebihi rata-rata suku Dayak lainnya.

Di tengah hutan belantara Kalimantan, di tepian sungai Kapuas yang megah, hiduplah suku Dayak Punan yang menjaga tradisi luhur nenek moyang mereka. Di antara mereka, terdapat seorang anak laki-laki yang bernama Sumpit, adik kedua dari suku ini.

Sumpit lahir di balai panjang suku Punan, tempat di mana budaya dan kehidupan mereka terjalin erat dengan alam sekitarnya. 

Kayu ulin, kitung, lemelai, tukuh, dan ribut 

Sejak kecil, Sumpit telah terpikat oleh sumpit-sumpit yang dibuat oleh suku Punan. Sumpit, namanya sendiri menjadi cerminan dari keahlian dan kedalaman makna sumpit dalam kehidupan suku Dayak Punan.

Punan, dengan kebijaksanaannya yang turun-temurun, mengajarkan Sumpit betapa pentingnya memilih jenis kayu yang tepat untuk membuat sumpit. 

Kayu-kayu, seperti ulin, kitung, lemelai, tukuh, dan ribut bukan hanya sebatas nama-nama kayu bagi suku Punan. 

Masing-masing memiliki kekuatan dan keistimewaan tersendiri dalam menjadikan sumpit tidak hanya alat, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Sumpit belajar dengan tekun dari para tetua suku, mengukir dan memoles kayu-kayu pilihan itu dengan penuh kelembutan dan rasa hormat. 

Sumpit yang tak pernah pudar

Setiap sumpit yang tercipta adalah karya seni yang membawa cerita panjang dari hutan-hutan yang mereka huni. Sumpit bukan hanya alat untuk menangkap ikan atau mencari makanan, tetapi juga simbol kebersamaan, keterampilan, dan warisan budaya suku Dayak Punan yang akan terus dilindungi dan dijunjung tinggi.

Di antara belantara hutan Kalimantan, waspadalah! Sumpit-sumpit Punan masih ampuh. Bukan saja sebagai senjata rahasia, juga sebagai lambang keteguhan dan kebijaksanaan suku ini. Kehadiran 

Sumpit, dengan segala daya magis yang ada di dalamnya, menjadi bukti hidup bahwa tradisi luhur dan kearifan nenek moyang suku Dayak Punan. 

Meski zaman terus berputar, tidak akan pernah pudar senjata dan alat berburu dan bertahan sukubangsa Punan ini. Menjadi warisan sejarah dan tradisi yang akan terus mengalir seperti Rian Tubu  yang menghidupi mereka.

-- Parden 

LihatTutupKomentar
Cancel