7 Mitos dalam Membaca yang Wajib Kamu Ketahui

membaca, habitus, budaya, mitos,

sumber gambar: https://www.freepik.com

Membaca adalah literasi dasar, mata uang dari menulis. Suatu masyarakat yang punya habitus membaca tinggi, maka bangsa itu maju, dan melek di bidang berbagai literasi. Bagaimana Indonesia? 

Negeri Pancasila masih tertinggal dalam hal budaya membaca. Namun, budaya baca dapat ditingkatkan. Beberapa faktor penyebab, antara lain, karena kurangnya pemahaman akan "Membaca". Dalam dunia membaca, terdapat berbagai mitos yang berkembang. 

Apa itu mitos?

Mitos adalah keyakinan yang tidak selalu benar, tetapi sering kali dianggap sebagai kebenaran mutlak yang dapat memengaruhi perilaku dan cara berpikir masyarakat. 

Berikut ini 7 mitos seputar membaca yang perlu diketahui.

Mitos 1: Wajib Membaca Setiap Kata  

Apakah kita harus membaca setiap kata? Tidak, sebenarnya tidak perlu. Tidak semua kata dalam sebuah kalimat penting untuk dipahami maknanya secara keseluruhan. Misalnya, kalimat seperti, "Polisi berhasil menghentikan aksi si tangan panjang yang memindahkan tas hitam seorang gadis di tengah-tengah kemacetan arus lalu lintas di bilangan Grogol, Jakarta Barat." Inti dari kalimat tersebut adalah bahwa polisi berhasil menangkap penjahat saat jalanan sedang macet di Grogol, Jakarta Barat. Oleh karena itu, dalam membaca, yang penting adalah menangkap inti atau makna dari sebuah kalimat.

Mitos 2: Cukup Membaca Sekali Saja  

Terutama untuk bacaan yang kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam, membaca sekali saja tidaklah cukup. Membaca ulang beberapa kali diperlukan untuk benar-benar memahami ide-ide yang kompleks. Keterampilan membaca kritis sangat penting untuk dapat menganalisis dan mengevaluasi bahan bacaan dengan baik.

Mitos 3: Merasa Bersalah Jika Melompat-lompat dalam Membaca  

Melompat-lompat dalam membaca dari satu bagian ke bagian lain bukanlah masalah jika dilakukan dengan cara yang terorganisir. Banyak pembaca terampil seperti Bung Karno dapat menangkap inti bacaan tanpa harus membaca setiap kata. Hal ini bisa sangat efektif, terutama jika dilakukan setelah melihat daftar isi atau bagian-bagian penting dari sebuah teks.

Mitos 4: Mesin Penting untuk Meningkatkan Kecepatan Membaca  

Alat bantu membaca cepat mungkin ada di pasaran, tetapi sebenarnya kecepatan membaca lebih banyak tergantung pada latihan dan keterampilan individu daripada alat itu sendiri. Meskipun alat tersebut dapat membantu mengukur kecepatan membaca, kemampuan memahami dan menganalisis bacaan lebih bergantung pada kemampuan otak dan konsentrasi Anda sendiri.

Mitos 5: Jarang Membaca Mengurangi Pemahaman  

Frekuensi membaca tidak selalu berkorelasi langsung dengan tingkat pemahaman. Banyak orang yang jarang membaca tetapi memiliki pemahaman yang baik, sementara yang lain membaca banyak tetapi tidak benar-benar memahami apa yang dibaca. Fokus pada memahami ide-ide pokok dan konten bacaan jauh lebih penting daripada jumlah kata yang dibaca.

Mitos 6: Ada Masalah dengan Mata Saya  

Kemampuan membaca yang baik lebih bergantung pada otak daripada mata. Mata mungkin mulai proses membaca, tetapi otak yang sebenarnya memproses dan menghubungkan makna dari kata-kata yang dibaca. Memastikan kenyamanan visual saat membaca (jarak pandang yang tepat) lebih penting daripada kondisi mata secara fisik.

Mitos 7: Tidak Ada Waktu untuk Membaca

Menganggap bahwa tidak ada waktu untuk membaca adalah alasan yang tidak tepat. Dengan mengatur waktu dengan baik, setiap orang bisa menemukan waktu untuk membaca.

Dengan mengenali dan mengatasi mitos-mitos ini, masyarakat Indonesia bisa membangun budaya membaca yang lebih kuat dan menyeluruh. Hal ini akan mendukung kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa."

- Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar
Cancel