Rizali Hadi Menjemput Profesor dari Katingan | Ensiklopedia Profesor Dayak 5

Muhammadiyah, Katingan, Ngaju, Bakumpai, Rizali Hadi

Prof. Dr. H. Rizali Hadi, M.M.

Bakumpai adalah salah satu suku etnis Dayak. 

Penegasan ini datang dari Prof. Dr. Suriansyah Murhaini, Ketua Kerukunan Bakumpai. Prof. Rizali Hadi sendiri adalah seorang Dayak Bakumpai. Mayoritas penduduk Katingan yang merupakan suku Bakumpai, selain suku Ngaju, menganut berbagai agama dan kepercayaan, yakni Islam, Kristen, dan Kaharingan. Meskipun berbeda keyakinan, mereka hidup secara harmonis dan rukun sebagai satu saudara dalam satu sukubangsa yang sama, yaitu suku Dayak.

Dalam pada itulah Muhammadiyah leluasa, bahkan lempang, jalannya masuk Katingan. Bagi yang baru mendengar,  Katingan adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Secara administratif, Katingan berada di bagian tengah-selatan dari provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten ini memiliki ibu kota administratif di Kasongan.

Secara geografis, Katingan terletak di antara 1° 30' - 2° 30' lintang Selatan dan 112° 15' - 114° 30' bujur Timur. Wilayahnya mencakup bagian dari dataran rendah dan dataran tinggi di Kalimantan Tengah, serta dialiri oleh Sungai Katingan yang merupakan salah satu sungai penting di wilayah tersebut.

Perdagangan menjemput Muhammadiyah

Perjuangan Muhammadiyah dalam memberikan pendidikan dan melakukan dakwah di tengah masyarakat pada waktu itu menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat. Salah satu tantangan utamanya adalah adanya penyakit "TBC", yang dalam konteks ini merujuk kepada Tahayul, Bid’ah, dan Churafat. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan bahwa Muhammadiyah berusaha menyadarkan masyarakat dari kepercayaan dan praktik-praktik yang dianggap sesat atau tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Referensi penting itu.

Kepercayaan dan praktik-praktik ini sudah sangat terakar dalam budaya masyarakat pada masa itu, baik dari kepercayaan lokal maupun pengaruh dari adat istiadat seperti dari Banjar dan Marabahan. H. Abdurrahman sendiri berkontribusi dengan menerbitkan buku PAMAWAT, yang digunakan sebagai media untuk berdakwah dalam bahasa Dayak Ngaju. Ini menunjukkan upaya Muhammadiyah dalam mencapai dan berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, termasuk dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh mereka.

Selama masa pendudukan Belanda dan Jepang, Muhammadiyah mengalami penurunan aktivitas. Pada masa Belanda, sekolah-sekolah Muhammadiyah mendapat perhatian yang lebih sedikit karena intervensi politik Belanda yang lebih memihak pada sekolah-sekolah lain. Selama masa Jepang, kegiatan sekolah-sekolah pun terbatas dan dikendalikan ketat oleh pemerintah pendudukan Jepang, yang fokusnya lebih pada kegiatan kepatutan militer.

Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa ada pedagang-pedagang yang berjasa besar dalam mendukung Muhammadiyah dan membawanya ke Katingan, yang pada akhirnya membantu menguatkan pendidikan dan agama ke arah yang lebih baik bagi masyarakat. Ini menunjukkan ketangguhan dan komitmen Muhammadiyah dalam menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial pada masa itu untuk terus berkontribusi dalam meningkatkan kehidupan dan keberagaman bangsa.

Memang menjadi pertanyaan tentang bagaimana Muhammadiyah bisa berkembang dengan cepat di daerah terpencil seperti Tumbang Senamang dan Tumbang Samba di hulu Sungai Katingan. Ini diketahui dari catatan masyarakat bahwa pada awalnya ada guru-guru agama yang datang dari pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Menelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa para pedagang yang aktif di wilayah itu yang secara aktif "menjemput" guru-guru tersebut untuk datang ke tempat yang jauh. Istilah "menjemput" di sini menggambarkan peran aktif mereka dalam mendukung misi pendidikan dan keagamaan Muhammadiyah.

Kehadiran Muhammadiyah di Katingan tidak hanya membawa misi pendidikan, tetapi juga mendukung pengembangan keagamaan. Sungai Katingan, sebelumnya dikenal sebagai Sungai Mendawai, telah menjadi wilayah yang penting di Kalimantan Tengah. Pendekatan yang proaktif dari pedagang-pedagang ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya menerima tetapi juga diundang secara aktif untuk memberikan kontribusi dalam memajukan masyarakat setempat.

Di tengah-tengah berbagai usaha pendidikan yang ada, seperti dari Zending Bazel dan Sarekat Islam, Muhammadiyah memberikan alternatif yang unik dengan fokus pada pendidikan modern yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Ini tercermin dalam pendirian sekolah-sekolah seperti di Tumbang Senamang dan Tumbang Samba, yang diinisiasi oleh para guru seperti Guru M. Ali, Guru Zawawi, dan R. Wuhaib Syarkawi.

Perjalanan Muhammadiyah di Katingan tidaklah mudah, menghadapi tantangan dari berbagai pihak termasuk pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang. Meskipun demikian, kontribusi para pedagang yang mendukung Muhammadiyah telah meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah pendidikan dan keagamaan di wilayah tersebut, memperkuat nilai-nilai agama ke arah yang lebih baik dan meningkatkan kesadaran pendidikan masyarakat secara luas.

Buku yang diterbitkan CV Lembaga Literasi Dayak tahun 2018, dengan tebal 244 halaman, pantas menjai pusaka rujukan bagi siapa saja yang meminati topik sejarah, antropologi, etnologi Dayak. 

Sekilas tentang penulis

Prof. Dr. H. Rizali Hadi, M.M. lahir di Tumbang Samba, Kasongan, Kalimantan Tengah, pada tanggal 11 Mei 1951. Beliau adalah anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Muqalbi Mursyid (alm.) dan Hj. Siti Halimah (alm). Prof. Rizali Hadi menikah dengan H. Ajang Nurrahimah dan dikaruniai dua orang anak, yaitu dr. H. M. Adijayansyah, Sp.OT (dengan Hj. Nurhidayah ST) dan Hj. Ida Zuraida, SE. AK. Beliau telah dianugerahi delapan cucu, yaitu Nafis, Annida, Hatim, Alif, Alya, Yasin, Adyat, dan Anis. Alamat tempat tinggal beliau adalah Jl. Perdagangan Raya No. 46 RT. 22 Banjarmasin. Email yang dapat dihubungi adalah rizalihadi07@gmail.com dan rizalihadi@unlam.ac.id.

Prof. Dr. H. Rizali Hadi, M.M. telah menulis banyak buku. Gelar "Profesor" amat layak disandangnya karena telah menelurkan banyak hasil penelitian dan publikasi.

(Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar
Cancel