Tirusel STP : Bangga Mengenakan Atribut Dayak

Tirusel , Dayak, Lengilo, Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, Ulong Daa, panglima

 

Tirusel STP: Panglima Ulong Daa.

PATIH JAGA PATI : Tirusel STP, S.E., M.Si., lahir pada 9 April 1962 di Desa Ba’ Binuang, Kecamatan Krayan Tengah, Kabupaten Nunukan. Beliau adalah anak ke-4 dari S. Tipa Padan dan M. Ruslen Betung, dengan ayah berasal dari sub suku Dayak Lengilo’ Binuang dan ibu dari sub suku Dayak Lengilo’ Daleng.

Sel, panggilan akrabnya, dikenal sebagai sosok yang tidak hanya meninggalkan jejak dalam karier pemerintahan dan masyarakat Adat Dayak, tetapi juga sebagai tokoh yang hidup dalam lingkungan budaya sukunya di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Sejak masa kuliah, Tirusel STP telah aktif dalam memperjuangkan dan memajukan komunitas sukunya. Pendidikannya dimulai dari SDN Ba’ Binuang, Krayan, dan berlanjut ke SDN Tanjung Lapang, Malinau, sebelum menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 1975. Perjalanan pendidikannya yang berpindah-pindah mencerminkan ketekunan dan semangatnya dalam mengejar ilmu, meskipun dihadapkan pada tantangan geografis dari daerah terisolir di Dataran Tinggi Borneo Krayan.

Pendidikan menengahnya diselesaikan di Sekolah Kristen Tunas Kasih Tarakan, dengan lulus dari SD pada tahun 1977, SMP pada tahun 1981, dan SMA pada tahun 1984. Pada tahun itu juga, Tirusel STP melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda, meraih gelar Diploma 3 (D-3) Ahli Madya Akuntansi pada tahun 1988, dan melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda untuk gelar S-1 Sarjana Ekonomi pada tahun 1991. Ia kemudian meraih gelar S-2 (M.Si.) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda pada tahun 2007.

 Karier, pekerjaan, dan pengabdian

Karier Tirusel STP diawali sebagai staf di Koperasi Pedagang Pasar "Citra Niaga" Samarinda dari tahun 1988 hingga 1991, menunjukkan komitmen awalnya dalam mengembangkan ekonomi lokal. Pada saat yang sama, ia mendirikan NGO/LSM Gemapala-Krayan dan menjabat sebagai Ketua dari tahun 1990 hingga 1996, yang fokus pada advokasi sosial masyarakat Adat Dayak dan lingkungan hidup di Krayan.

Pengabdian Tirusel STP dalam pemerintahan dimulai sebagai Sekretaris di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Malinau dari tahun 2000 hingga 2012. Di tahun 2012, ia dipercaya sebagai Kepala Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal Sekretariat Kabupaten Malinau, menunjukkan kapabilitasnya dalam mengelola sektor ekonomi daerah. Kemudian, sebagai Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan Tenaga Kerja Kabupaten Malinau dari tahun 2017 hingga 2019, Tirusel STP berhasil meningkatkan investasi dan pelayanan publik di daerah tersebut.

Selain karier pemerintahannya, Tirusel STP juga aktif sebagai peneliti dan penulis sejak tahun 1992, dengan hasil penelitian tentang "Tanah Ulen (Tanah Adat) Pada Masyarakat Dayak di Desa Long Uli, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur" yang dipublikasikan oleh Oxford Forestry Institute, University of Oxford.

Tirusel juga menulis buku Jejak Peradaban Manusia Dayak Krayan (Dayak Lengilo’) di Sungai Krayan yang diterbitkan oleh Lembaga Literasi Dayak (LLD), serta mendampingi peneliti dari University of Oxford dalam program doktoral mereka.

Panglima Ulong Daa

Kecintaannya pada adat dan budaya Dayak tercermin dalam inisiatifnya dalam mendirikan Sanggar Seni Dayak Lengilo’ Ulong Da’a di Kabupaten Malinau dan Krayan, serta mendirikan berbagai organisasi masyarakat adat seperti Forum Musyawarah Masyarakat Adat Lon Taw Sungai Krayan dan Iraw Apo’ Anak Bawang Krayan Tengah. 

Tirusel STP dalam atribut pakaian adat Lengilo.

Selain itu, ia juga aktif dalam membantu Suku Dayak Punan Toy di Krayan untuk melestarikan adat dan budaya mereka melalui Sanggar Seni Dayak Punan Toy.

Dalam kehidupan pribadinya, Tirusel STP menikah dengan Heppi Ramat, S.Pd., dan dikaruniai empat anak. 

Dedikasinya terhadap pelayanan publik, cinta pada budaya Dayak, dan komitmennya untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Adat Dayak menjadikan Tirusel STP sebagai contoh inspiratif bagi banyak orang. 

Atas kiprah dan kecintaannya pada seni budaya Dayak, di Malinau dan Krayan, Kalimantan Utara; Tirusel dikenal dengan gelaran "Panglima Ulong Daa". Mengingatkan sosok pendekar di masa lampau yang mendirikan suatu tiang dari bawah tingga puncak berisi tengkorak-tengkorak. Sematan gelar itu menandai kepedulian dan cinta Tirusel pada seni budaya Dayak yang harus didirikan tinggi-tinggi agar dilihat orang.

Melalui perjalanan hidupnya, Sel menegaskan bahwa dengan kerja keras, keteguhan hati, dan cinta pada tanah airnya, segala sesuatu adalah mungkin untuk dicapai.

Tirusel STP, S.E., M.Si., adalah bukti nyata bahwa kekuatan karakter dan semangat pengabdian dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

-- Rangkaya Bada

LihatTutupKomentar
Cancel