Alexander Wilyo, Sekda Sekaligus Patih Jaga Pati
PATIH JAGA PATI - Ketapang: Alexander Wilyo, S. STP., M.Si, akrab disapa "Alex", lahir pada 2 Agustus 1979, di Ketapang, Kalimantan Barat.
Pria bertubuh besar-tinggi ini adalah sosok yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam memajukan Kabupaten Ketapang melalui pelayanan publik.
Alumnus SD Negeri No. 05 Balai Berkuak (sekarang SDN 02 Simpang Hulu) tamatan tahun 1991 ini menyelesaikan pendidikan di STPDN Jatinangor (1997 – 2001). Ia kemudian melanjutan pendidikan S-2 dengan meraih gelar Magister Ekonomika Pembangunan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2003 – 2005.
Karier di birokrasi
Karier alumnus SLTP Negeri Balai Berkuak (sekarang SMPN 1 Simpang Hulu) tamatan tahun 1994 di sektor birokrasi dimulai dengan menjadi Staf Biro Organisasi di Setda Provinsi Kalimantan Barat dari Oktober 2001 hingga Februari 2002.
Ia kemudian melanjutkan perjalanan kariernya sebagai Staf Bagian Organisasi Setda Kabupaten Ketapang dari Maret 2002 hingga Februari 2003, sebelum beralih menjadi Staf Bagian Ekbangsos Setda Kabupaten Ketapang dari Mei 2005 hingga Februari 2006.
Selanjutnya, ia menjabat sebagai Sekcam Matan Hilir Selatan dari Maret 2006 hingga April 2008, dan kemudian sebagai Kasubbag Pengembangan Kinerja Bagian Pembangunan Setda Kabupaten Ketapang dari April 2008 hingga Januari 2009.
Perannya berlanjut sebagai Kasubbag Pemerintahan Umum Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Ketapang dari Januari 2009 hingga Agustus 2011. Ia kemudian menjadi Kabid Ekonomi Bappeda Kabupaten Ketapang dari Agustus 2011 hingga Oktober 2015, diikuti oleh jabatan sebagai Kabag Keuangan Setda Kabupaten Ketapang dari Oktober 2015 hingga Januari 2017.
Selanjutnya, Alexander Wilyo menduduki posisi sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ketapang dari Januari 2017 hingga 26 Agustus 2021. Saat ini, ia menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Ketapang sejak 27 Agustus 2021 hingga 27 Agustus 2024.
Sebagai Sekda, ayah 3 anak: Felix Winnetou Ade Putra, Aldric Shankara Domong Alexander, dan Amethya Rashi Gloria ini terus berusaha untuk mewujudkan inisiatif-inisiatif progresif yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Dedikasi alumnus SMA PL St. Yohanes Ketapang tamatan tahun 1997 yang tinggi terhadap kemajuan Ketapang tercermin dalam setiap derap langkah kebijakan dan program yang dijalankannya, didorong oleh nilai-nilai integritas, kepedulian, dan inklusivitas.
Penerima jasa/penghargaan Satya Lencana Karya Satya XX Tahun dari Presiden RI pada tahun 2019 ini tidak hanya sekadar mencari pencapaian karier pribadi, tetapi juga memprioritaskan pelayanan kepada masyarakat sebagai inti dari pengembanan tugasnya.
Diklatpim dan diklat teknis/manajerial
Peraih Inspiring Professional & Leadership Award 2021 dari Indonesia Award Magazine ini telah mengikuti berbagai Diklat Kepemimpinan sepanjang karirnya. Ia memulai dengan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV di Jatinangor yang diselenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara – RI pada tahun 2001, diikuti oleh Diklat Kepemimpinan Tingkat III di Pontianak oleh Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2012. Kemudian, ia melanjutkan dengan Diklat Kepemimpinan Tingkat II di Jakarta oleh Lembaga Administrasi Negara – RI pada tahun 2019, dan baru-baru ini menyelesaikan Diklat Kepemimpinan Tingkat I di Jakarta yang juga dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara – RI pada tahun 2023..
Alumnus SD Usaba Balai Semandang, yang menempuh pendidikan dari kelas 1 hingga kelas 3, telah mengikuti berbagai Diklat Teknis dan Manajerial. Pada tahun 2001, ia mengikuti Diklat Administrasi Umum di Jakarta yang diadakan oleh Depdagri. Di tahun 2005, ia melanjutkan dengan Diklat Perencanaan Investasi Daerah di Pontianak yang dilaksanakan oleh Bappenas.
Pada tahun 2007, ia mengikuti Diklat Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa di Pontianak oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Bimtek Penatausahaan Keuangan SKPD Angkatan II di Ketapang yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ketapang.
Ia juga berpartisipasi dalam Diklat Nasional Antisipasi Penggabungan dan Penghapusan Daerah Otonom di Jakarta pada tahun 2009 yang diadakan oleh Dirjen Pengembangan SDM dan Pelatihan Penataan Batas Wilayah di Cibinong oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.
Pada tahun 2010, ia mengikuti Diklat Optimalisasi Tugas dan Fungsi Pemerintah Kecamatan Dalam Pelayanan Publik di Jakarta yang dilakukan oleh Pusdiklat Pemerintah Daerah. Di tahun 2011, ia mengikuti Pelatihan dan Penegasan Manajemen Batas Daerah di Yogyakarta yang diadakan oleh Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, serta Diklat Public Private Partnership di Semarang oleh Bappenas.
Ia mengikuti Diklat Local Economic Resource Development (LERD) di Bandung pada tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Bappenas.
Kehidupan dalam keluarga
Di sisi pribadinya, putra sulung pasangan Mareto - Kristina Tempah ini adalah sosok yang teguh dalam nilai-nilai keluarga. Ia menikah dengan Lusia Dewi Nurjana, ST., MT, yang memberikan dukungan tak tergantung dalam setiap langkahnya sebagai pemimpin dan pengabdi masyarakat.
Kehidupan pribadi Putra sulung pasangan Mareto - Kristina Tempah ini mencerminkan harmoni antara tanggung jawab publik dan peran keluarga yang kuat. Ia menjadi teladan bagi banyak orang dalam menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi yang seimbang.
Keberhasilan Dewan Pembina Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Ketapang -- dengan gelar Pendekar Wira Utama saat menjadi Sekda Ketapang tidak lepas dari dukungan luas masyarakat yang menghormatinya sebagai pemimpin yang tegas namun membumi dan merakyat. Ia telah membawa perubahan yang signifikan dalam infrastruktur, pendidikan, dan pelayanan publik, menciptakan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan dan kesejahteraan jangka panjang.
Melalui kepemimpinan yang teguh dan dedikasi yang tak pernah surut, AW yang juga Sekretaris Forum Sekretaris Daerah Seluruh Indonesia (Forsesdasi) Provinsi Kalbar periode 2024 – 2028 selalu hadir sebagai simbol harapan dan kemajuan bagi masyarakat Ketapang. Ia tidak hanya menginspirasi generasi muda untuk aktif dalam pelayanan publik, tetapi juga meninggalkan warisan yang mendalam dalam sejarah pembangunan daerahnya.
Dalam setiap derap langkahnya, AW yang juga Dewan Penasehat Dewan Adat Dayak Ketapang ini menegaskan bahwa keberhasilan seorang pemimpin terletak pada kesediaannya untuk memberikan yang terbaik bagi kesejahteraan bersama.
Patih yang ditakdirkan sejarah
Masyarakat adat Dayak, khususnya masyarakat adat Dayak Ketapang lebih mengenal sosok Alexander Wilyo, s. STP., M. Si. sebagai Patih Jaga Pati Laman Sembilan Kerajaan Hulu Aik. Ia bergelar adat Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua. Lengkapnya: Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo S. STP., M. Si.
Dia lah sosok muda, dalam horizon sejarah tua kerajaan Ulu Aik, sosok yang sedang dalam takdir sejarah akan membuat: Dayak Great Again.
Patih dalam struktur suatu kerajaan, amat besar perannya. Ia adalah “Perdana Menteri” Kerajaan Hulu Aik, yang adalah cikal bakal Kerajaan Tanjungpura kuno.
Bahkan, dalam sejarah, ada mahapatih yang lebih terkenal daripada rajanya. Meski demikian, sebenarnya sang patih patuh pada raja sebagai penguasa tertinggi pada suatu kerajaan.
Dalam struktur Kerajaan Hulu Aik, wilayah Ketapang, Kalimantan Barat. Dalam menjalankan tugasnya, Raja Hulu Aik dibantu oleh seorang Patih.
Bertepatan dengan Meruba 26 Juni 2021, Petrus Singa Bansa, Raja Hulu Aik ke-51 mempesalin (dalam bahasa adat setempat –mendaulat/mengangkat/menjunjung) Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, S. STP, M. Si, sebagai Patih Jaga Pati Desa Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik, di rumah kediaman Raja Hulu Aik, di Laman Sengkuang, Desa Benua Krio, Kecamatan Hulu Sungai.
Dengan dinobatkannya sebagai Patih Jaga Pati Kerajaan Hulu Aik itu, maka gelar lengkapnya sebagai Patih menjadi Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, S. STP, M. Si.
Raja Hulu Aik kke-51 pun sangat menaruh harapan agar Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo , S. STP, M. Si. bisa menjadi perdana menterinya dalam mengurus masalah adat.
Tugas utamanya adalah menjaga adat jalan jamban titi sejak karosek mula tumbuh tanah mula menjadi. Karena itu, pada setiap acara adat (seperti Nyapat Tahun, Tantobus, Bepalas Benua/Laman, menyelesaikan konflik-konflik masyarakat adat dan lain-lainnya). Dalam menjalankan tugas tersebut, Patih Jaga Pati dibantu oleh para domong di wilayah Laman Sembilan Domong Sepuluh Kerajaan Hulu Aik.
Dalam nenjalankan amanah Raja Hulu Aik tersebut juga, Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua Alexander Wilyo, S. STP, M. Si, baik diminta ataupun tidak, ia harus selalu hadir pada setiap acara adat.
Sesuai tugasnya sebagai Patih Jaga Pati – pati yang artinya adalah inti dari segala adat, ia pun harus selalu memastikan bahwa adat jalan jamban titi bangsa Dayak masih tegak berdiri di tanah Dayak.
Hal yang menarik dari fenomena Alexander Wilyo adalah bahwa ia didukung masyarakat adat dan warga Ketapang membangun balai kepatihan.
Pada tanggal 4 Mei 2024, dalam peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati, Ketapang, satu momen epik melintasi sejarah dan budaya Dayak. Acara ini tidak hanya memperingati pembangunan fisik Balai Kepatihan yang menandai kebangkitan kebudayaan, tetapi juga menjadi tonggak bersejarah dengan peluncuran sebuah karya sastra yang tak ternilai harganya.
Sumpah Kedaulatan Dayak
Di tengah sorak-sorai dan penghormatan yang disematkan pada tradisi luhur, memoar Alexander Wilyo berjudul Sumpah Kedaulatan Dayak diperkenalkan kepada dunia. Memoar ini mengisahkan perjalanan hidup yang megah dari Patih Jaga Pati, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua, yang dikenang dan diabadikan oleh Alexander Wilyo.
Dalam memor ini, cerita kehidupan yang berani dan cemerlang dari tokoh yang penuh dengan hikmat serta kebijaksanaan Dayak ini terungkap. Alexander Wilyo tidak hanya memaparkan perjalanan pribadi Patih Jaga Pati, tetapi juga memperluas cakrawala budaya Dayak kepada dunia luas.
Memoar ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah testament kebangkitan kebanggaan dan identitas suku bangsa Dayak.
Sebagai bagian dari perayaan yang mendalam dan penuh arti ini, memoar “Sumpah Kedaulatan Dayak” diterima dengan kehangatan dan kekaguman yang mendalam. Ia tidak hanya menceritakan masa lalu, tetapi juga membuka pintu untuk masa depan yang penuh dengan harapan dan kesempatan baru bagi kebudayaan Dayak.
Dengan demikian, peluncuran memoar ini tidak hanya menandai satu momen dalam sejarah sastra Dayak, tetapi juga menjadi pilar penting dalam membangun dan mempertahankan warisan budaya yang kaya dan berharga bagi generasi mendatang.
Sumpah Patih Jaga Pati menggelegarkan 3 kedaulatan bagi suku bangsa Dayak, yakni:
1. Daulat Budaya. Patih Jaga Pati menegaskan komitmen untuk melindungi dan memelihara budaya Dayak sebagai cerminan identitas bangsa Dayak. Ini mencakup adat istiadat, bahasa, seni, dan ritual yang menjadi pondasi keutuhan suku Dayak di tengah arus modernisasi.
2. Daulat Ekonomi. Patih Jaga Pati berjanji untuk melindungi hak-hak ekonomi suku Dayak dan memastikan akses dan kendali atas sumber daya alam yang penting bagi kehidupan dan budaya Dayak.
3. Daulat Politik. Patih Jaga Pati menyadari perlunya kontrol atas nasib politik sendiri, dan partisipasi politik suku Dayak menjadi kunci dalam memastikan aspirasi dan kepentingan mereka diakui dalam masyarakat yang semakin terhubung dan kompleks. Daulat ini dimaksudkan supaya bangsa Dayak bisa menjadi pemimpin di tanah sendiri.
-- Thomas Tion