Rumah Panjang di Sarawak yang Tetap Abadi (1): Dayak Indonesia Patut Mencontoh
Rumah panjang Ulu Niah yang hingga waktu ini dihuni tampak dari udara. Arbain Rambey. |
PATIH JAGA PATI: Diantar Dr. Patricia anak Ganing dan Clemence, penulis (Masri Sareb Putra) dan salah satu fotografer andal Indonesia, Arbain Rambey berkeliling Sarawak, Malaysia. Selain meneliti Gua Niah, mereka meneliti esensi dan kehidupan orang Dayak (Iban) di rumah panjang.
Redaksi memuat hasil penelitian dan pengamatan mereka, yang dirangkai dalam narasi dan gambar. Dimuat bersambung di media digital ini mulai hari ini (11 Agustus 2024).
Selamat mengikuti!
Rumah panjang merupakan elemen yang sangat mendasar dalam kehidupan suku Dayak.
Fungsi utamanya tidak hanya sebagai akumulasi ruang atau cerminan komunitas, tetapi juga sebagai simbol ikatan sosial yang mendalam.
Dayak beradaptasi dengan perubahan zaman
Konsep rumah panjang ini adalah inti dari struktur sosial mereka, di mana setiap pribadi dan keluarga hidup berdampingan dalam satu struktur bangunan yang panjang dan terhubung.
Melalui desain ini, nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas komunitas diperkuat, menjadikan rumah panjang sebagai tempat di mana hubungan interpersonal diperkuat dan budaya bersama dipelihara.
Di Sarawak, Malaysia, tradisi rumah panjang ini masih dijaga hingga hari ini dengan penuh kebanggaan.
Terdapat sekitar 4.500 rumah panjang yang tersebar di seluruh wilayah Malaysia. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Dayak.
Rumah Canggai anak Dali Sg. Sah Ulu Niah dan Rumah Tinting Melaban, Sg. Klampai
Ada dua jenis rumah panjang yang dapat ditemui: rumah panjang tradisional dan rumah panjang modern. Rumah panjang tradisional umumnya dibangun sepenuhnya dari kayu dan mencerminkan teknik konstruksi serta gaya hidup kuno.
Rumah-rumah ini menampilkan karakteristik budaya yang telah ada selama berabad-abad dan sering kali dikelilingi oleh suasana alami yang masih terjaga.
Di sisi lain, rumah panjang modern, seperti yang ditemukan di Rumah Canggai anak Dali Sg. Sah Ulu Niah dan di Rumah Tinting Melaban, Sg. Klampai menunjukkan bagaimana masyarakat Dayak telah beradaptasi dengan perubahan zaman.
Meskipun rumah-rumah ini menggunakan material yang lebih modern dan desain yang lebih kontemporer, esensi dari rumah panjang tetap dipertahankan. Hidup komunal yang menjadi inti dari struktur sosial mereka tetap dilestarikan. Namun, perbedaan yang jelas terlihat dalam gaya hidup sehari-hari.
Modern tidak menggerus nilai
Di luar rumah panjang modern ini, sering kali terlihat deretan mobil pribadi, dengan setiap keluarga memiliki satu hingga tiga mobil. Hal ini mencerminkan perubahan dalam kebutuhan material dan gaya hidup yang sejalan dengan perkembangan zaman, sementara nilai-nilai komunitas dan kebersamaan tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Rumah panjang tidak hanya berfungsi sebagai simbol tradisi. Lebih dari itu, rumah panjang juga sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini, menciptakan harmoni antara pelestarian budaya dan kebutuhan modern.
Hal yang menjadi inspirasi dan patut dipelajari dari masyarakat Dayak di Sarawak adalah kemampuan mereka untuk menjaga keseimbangan antara modernitas dan nilai-nilai tradisional.
Meskipun dunia di sekitar mereka terus berkembang dan mengalami perubahan cepat, masyarakat Dayak menunjukkan bahwa modernitas tidak harus menggerus atau menghilangkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
Sebaliknya, mereka mampu mengintegrasikan elemen-elemen modern ke dalam kehidupan mereka tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dan tradisi yang menjadi bagian integral dari identitas mereka.
Contoh nyata dari integrasi ini terlihat dalam cara mereka mempertahankan rumah panjang, simbol penting dari komunitas Dayak. Rumah panjang tradisional, yang dibangun dengan bahan-bahan alami dan teknik konstruksi yang telah ada sejak lama, masih berdiri kokoh berdampingan dengan rumah panjang modern yang menggunakan material dan desain kontemporer. Meskipun rumah panjang modern ini lebih canggih dan dilengkapi dengan fasilitas yang lebih mutakhir, esensi dari kehidupan komunal dan ikatan sosial yang menjadi dasar rumah panjang tetap dipertahankan.
Masyarakat Dayak di Sarawak tidak hanya berhenti pada pelestarian struktur fisik dari tradisi mereka, tetapi juga berusaha menjaga dan merayakan budaya mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Upacara adat, bahasa, seni, dan ritual tradisional terus dipelajari dan dipraktikkan oleh generasi muda, yang mengintegrasikan pengetahuan tradisional dengan wawasan modern. Ini mencerminkan tekad mereka untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya yang kaya tetap relevan dalam konteks dunia yang terus berubah.
Dengan cara ini, masyarakat Dayak mengajarkan kita bahwa modernitas dan tradisi tidak harus saling bertentangan. Sebaliknya, mereka bisa saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tanpa kehilangan akar budaya merupakan pelajaran berharga bagi masyarakat di seluruh dunia. Hal yang menunjukkan bahwa menghargai dan melestarikan warisan budaya sambil menyambut kemajuan adalah kunci untuk mencapai harmoni dalam dunia yang semakin kompleks. --> bersambung
teks: Masri Sareb Putra
foto: Arbain Rambey