Jam Tangan Paus: Antara Kesederhanaan dan Keterikatan Emosional

Fransiskus, paus, jam tangan, Casio, ugahari, sederhana, lifestyle, kunjungan, apostolik, Italia

 


PATIH JAGA PATI - JAKARTA: Sudah sebulan berlalu sejak momen bersejarah ketika Paus Fransiskus tiba di Indonesia. Namun, perbincangan mengenai jam tangan yang dikenakannya masih menggema di berbagai platform media sosial. 

Jam tangan sederhana berwarna hitam dengan dial putih itu menjadi ikon tersendiri. 

Benda penanda waktu ini menciptakan gelombang diskusi dan bahkan menginspirasi banyak orang untuk mengadopsi gaya yang sama.

10 tahun tidak mengenakan jam tangan

Salah satu yang tergerak oleh fenomena ini adalah penulis, yang merasa tertarik untuk memesan dan mengenakan jam yang sama. Telah sejak 2014 tidak mengenakan jam tangan.

Namun, gara-gara membaca dan mengikuti berita "Jam Tangan Paus" akhirnya lewat sang putri, pada 30 September dinihari, Jam Tangan Paus ini tiba di depan mata. 

Betapa sukacitanya! 

Bungkus-baru dibuka dengan segera. Ada rasa gimana, gitu! Sampai akhirnya benda penanda waktu itu tampak, kemudian dicoba. Mencobanya bukan sembarang. Namun, memperhatikan saksama bagaimana posisinya di tangan Paus. 

Telah 10 tahun tak mengenakan jam tangan. Kali ini kembali mengenakannya sebagai Ligestyle -- sekaligus ujud pesan dari kesederhanaan dan ugahari.

Inspirasi memesan sekaligus mengenakan Jam Tangan Paus datang dari rekan kerja di Kelompok Kompas Gramedia, Arbain Rambey. Ia seorang pensiunan yang sering membagikan keinginannya memiliki jam tangan tersebut di beranda Facebook-nya. 

Saat akhirnya Arbain berhasil mendapatkan jam itu. Ia tak ragu untuk memamerkannya. Dengan gaya unik—memasang gambar dengan posisi jam miring di pergelangan tangan, mirip dengan gaya Paus.

Kisah ini menggambarkan bagaimana kesederhanaan dapat menghubungkan orang-orang, tidak hanya dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam hal mode dan identitas. Saat Paus Fransiskus melangkah dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Kedutaan Besar Vatikan, jam tangannya seolah berbicara lebih dari sekadar fungsi. 

Jam tangan itu menjadi simbol bahwa pemimpin gereja sejagat ini, meski memiliki posisi tinggi, tetap mengedepankan kesederhanaan dan kedekatan dengan umatnya.

Kunjungan Apostolik yang berlangsung dari 3 hingga 6 September 2024 ini semakin memperkuat citra Paus sebagai pemimpin yang tidak hanya mengutamakan ajaran spiritual, tetapi juga memiliki kesadaran akan tampilan yang sederhana namun elegan. 

Banyak warganet menyuarakan kekaguman mereka, membagikan foto-foto dan meme kreatif, hingga memunculkan berbagai diskusi tentang makna di balik pilihan mode Paus.

Paus Fransiskus terbang dari Italia menggunakan pesawat komersial, dan setibanya di tanah air, dia menyapa masyarakat dengan senyuman ramah dan jam tangan yang tak terduga. Dalam dunia yang sering kali terjebak dalam kemewahan, penampilannya justru mengingatkan kita akan nilai-nilai kesederhanaan.

Sebuah gelombang minat pun muncul. Banyak orang yang berusaha mendapatkan jam tangan serupa, menciptakan tren baru di kalangan penggemar mode. Jam tangan Paus bukan sekadar aksesori; ia menjadi pernyataan.

Pesan tentang kesederhanaan 

Dalam setiap detik yang berdetak, jam tangan sederhana ini membawa pesan tentang kesederhanaan, kedekatan, dan pengingat bahwa setiap orang, tidak peduli status atau posisi, dapat memiliki gaya yang elegan dan sederhana.

Kisah jam tangan Paus Fransiskus menunjukkan bahwa mode tidak selalu tentang kemewahan; terkadang, kesederhanaan justru dapat menjadi daya tarik yang paling kuat.

Fenomena Jam Tangan Paus ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana sesuatu yang tampaknya sepele dapat menggerakkan banyak hati, dan bagaimana simbol-simbol kecil dapat menciptakan koneksi yang lebih besar antar-pribadi.

Rp 240.000 harga jam tangan ini. Namun, saya bangga mengenakannya.

-- Masri Sareb Putra

LihatTutupKomentar
Cancel