Mgr. Bumbun : Selamat Jalan ke Keabadian

Bumbun, Pontianak, uskup, Menawai Tekam, Nyarumkop, Novus Ordo, pelayanan, misa

Gaya Mgr. Hieronimus Herculanus Bumbun ketika tourne: membawa sendiri barang-barang pribadi perlengkapannya. Kredit gambar: Lion/Ist.

PATIH JAGA PATI - PONTIANAK: Mgr. Hieronimus Herculanus Bumbun, O.F.M. Cap. meninggalkan kita semua. 

Pada malam 30 September 2024, gembala utama keuskupan Agung Pontianak (1974- 2014) mengembuskan napas terakhir pada pukul pukul 21.12.

Ugahari yang jadi teladan

Bumbun meninggalkan banyak legasi. Sosok ugagari itu lahir di Desa Menawai Tekam, Kalimantan Barat, pada 5 Agustus 1937, sebagai anak ketujuh dari 17 bersaudara. Kehidupan dalam keluarga besar bukanlah hal yang mudah, terutama saat ia menempuh pendidikan di Semadu, belasan kilometer dari kampungnya. 

Sejak kecil, Bumbun menghadapi tantangan besar, termasuk ejekan dari teman-teman akibat penyakit koreng yang dideritanya. Meski sering merasa terasing, semangat belajarnya tidak padam. 

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Bumbun melanjutkan ke Nyarumkop, di mana ia dititipkan pada keluarga kepala sekolah. 

Di sinilah ia tidak hanya menerima pendidikan formal tetapi juga menjalani proses pembentukan karakter. Bumbun belajar bahasa Latin di seminari, yang mempersiapkannya untuk menjadi seorang imam. Pendidikan dan pengalaman hidupnya di Nyarumkop membentuk fondasi kuat bagi masa depannya sebagai pemimpin spiritual.

Perjuangan seorang anak kampung

Setelah ditahbiskan menjadi imam pada 27 Juli 1967, Bumbun melangkah ke dunia yang lebih besar. Pada 26 Februari 1977, ia diangkat sebagai Uskup Agung Pontianak, sebuah langkah bersejarah yang menunjukkan kemandirian Gereja Katolik di Indonesia. Dengan motto "amor non amatur," ia mengedepankan prinsip mencintai tanpa mengharapkan imbalan, menjadi panutan bagi banyak orang.

Selama masa kepemimpinannya, Mgr. Bumbun fokus pada pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat Dayak. Ia membuka sekolah-sekolah di pedalaman dan mendorong pemuda Dayak untuk melanjutkan pendidikan mereka. Selain itu, Mgr. Bumbun juga menjadi pengamat politik yang aktif, memperjuangkan hak dan perwakilan yang adil untuk masyarakat Dayak dalam struktur pemerintahan. 

Setelah mengundurkan diri pada 3 Juni 2014, Mgr. Bumbun tetap aktif dalam berbagai kegiatan gereja, merayakan Misa "Novus Ordo" di berbagai tempat maupun di paroki dengan penuh dedikasi. 

Ketika beliau mengembuskan napas terakhir pada 30 September 2024, warisannya yang penuh cinta dan pengabdian akan terus dikenang, menjadikannya sosok yang tidak hanya berpengaruh di gereja tetapi juga dalam masyarakat. 

Selamat jalan, Mgr. Bumbun; karyamu akan terus hidup di hati banyak orang. (X-5)

LihatTutupKomentar
Cancel